Memajukan Perempuan dalam Perkembangan Teknologi yang Tak Lagi ‘Dunianya Laki-Laki’

Memperluas akses bagi perempuan dalam teknologi menghadirkan model peran yang inklusif bagi generasi mendatang

Baca Juga

Perkembangan teknologi merupakan salah satu penyokong penting yang menjembatani kesenjangan gender. 

Transformasi teknologi diharapkan dapat membuka alur baru bagi pemberdayaan perempuan. 

Seiring perkembangan transformasi digital, sektor pendidikan mulai merangkul kurikulum yang tak lagi bias gender. 

Ditambah pandemi Covid-19, sensitivitas terhadap kebutuhan perempuan akan pendidikan berbasis daring kian mendalam; membantu teknologi semakin menjauh dari frasa “dunianya laki-laki.”

Peralihan ke pembelajaran berbasis daring semasa pandemi menghadirkan momen yang tepat untuk membantu perempuan dewasa dan anak perempuan memahami bahwa mereka mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam pemanfaatan teknologi. 

Responsif gender, bukannya buta gender atau netral gender, dinilai sebagai pendekatan yang lebih tepat guna mengatasi defisit perempuan dewasa dan anak perempuan terhadap akses teknologi, keterampilan, kepercayaan diri dan, akhirnya, fleksibilitas dalam dunia kerja.

Selain platform pembelajaran yang disediakan institusi pendidikan formal, terdapat beberapa bentuk pendidikan daring lain yang responsif gender. 

Misalnya kursus, pelibatan dalam komunitas dan forum daring, e-book, pembelajaran berbasis aplikasi, webinar, konferensi dan mentorship.

Kursus daring memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja yang kian terhubung. 

Komunitas dan forum daring memungkinkan perempuan saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan inspirasi, serta memperluas jaringan profesional.

E-book membantu perempuan belajar secara mandiri, menelusuri topik yang menarik minat mereka, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam sesuai peminatan. 

Pembelajaran berbasis aplikasi yang interaktif turut memotivasi perempuan mengembangkan gagasan. 

Sementara webinar dan konferensi memungkinkan perempuan melihat dunia yang lebih luas, dan mentorship membantu perempuan memperoleh bimbingan dari para pakar.

Namun, akankah pemajuan pendidikan bagi perempuan dalam era digital secara signifikan berpengaruh bagi generasi mendatang?

Pintu-Pintu Terbuka

Perempuan yang teredukasi secara digital memiliki akses ke informasi, peluang berbisnis dan perluasan koneksi yang dapat membantu mencapai aspirasi, tujuan dan cita-cita.

Kemandirian pikiran perempuan juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan, khususnya terkait hak-hak kelompok rentan dan minoritas. 

Terbukanya lebih banyak pintu bagi perempuan mampu menciptakan model peran yang kuat, inklusif, adil dan inspiratif bagi generasi mendatang.

Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan perempuan dan kemajuan generasi penerus. 

Seperti disarikan dari sejumlah riset, beberapa pengaruh nyata perbaikan pendidikan perempuan terhadap generasi penerus, misalnya dalam sejumlah aspek berikut.

Kesehatan dan gizi: Beberapa riset menunjukkan perempuan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan dan gizi. Mereka lebih mampu memberikan perawatan dan nutrisi yang tepat kepada anak-anak mereka, yang berkontribusi pada kesehatan dan perkembangan optimal generasi penerus.

Penurunan angka kelahiran: Perempuan yang berkesempatan memperoleh pendidikan yang baik cenderung menunda pernikahan dan kehamilan. Sebaliknya, mereka memiliki akses yang lebih baik ke informasi dan layanan kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang lebih baik soal reproduksi berdampak pada pengendalian populasi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup generasi penerus.

Pendidikan anak: Perempuan dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung meneruskan soal pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Sejumlah studi menunjukkan anak-anak perempuan yang memiliki ibu berpendidikan tinggi memiliki peluang pendidikan lebih baik dan lebih mungkin mengejar pendidikan lanjutan.

Pengembangan ekonomi: Ketika perempuan memiliki akses yang setara dengan laki-laki dalam menempuh pendidikan dan kesempatan kerja, mereka berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perempuan terdidik cenderung memiliki keterampilan yang relevan dengan pasar kerja modern, yang pada gillirannya meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Meruntuhkan Penghalang

Meski berpeluang memperbaiki kehidupan, tak hanya perempuan, melainkan juga komunitas yang lebih luas, tetap saja pendidikan berbasis digital masih terhalang beberapa persoalan berikut. 

Stereotip gender: Perempuan acapkali dianggap kurang mampu dalam bidang teknologi. Sebaliknya, mereka diarahkan ke peran-peran tradisional. Stereotip ini dapat menghambat minat dan motivasi perempuan terlibat dan berkarier dalam bidang teknologi serta pendidikan digital.

Keterbatasan akses dan infrastruktur: Di beberapa wilayah, perempuan masih sulit mengakses infrastruktur digital. Beberapa masalah klasik yang dihadapi termasuk minimnya komputer, laptop serta sinyal yang buruk. 

Diskriminasi dan kekerasan berbasis daring: Intimidasi dan pelecehan berbasis daring turut menghambat partisipasi perempuan dalam ruang digital. 

Langkah Kolaboratif

Guna meruntuhkan pelbagai hambatan itu, penulis menilai perlunya upaya kolaboratif pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan. 

Kolaborasi tersebut mencakup pembangunan infrastruktur digital yang inklusif, penyadaran tentang pentingnya kesetaraan gender, penghapusan stereotip dan pembentukan kebijakan yang mendukung kesetaraan dan inklusi. 

Selain itu, penting juga memperluas dukungan, mentorship dan pelatihan bagi perempuan dalam bidang teknologi dan pendidikan digital.

Melalui dukungan kolaboratif, perempuan niscaya memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan karier digital, serta membawa perubahan positif bagi generasi penerus.

Arie Sulastri merupakan mahasiswi pascasarjana administrasi publik di Universitas Nusa Cendana, Kupang

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini