Floresa.co – Sebagian besar keluarga di Nusa Tenggara Timur (NTT) memelihara babi. Binatang berkaki empat ini memang selain memberikan manfaat ekonomi, tapi juga memiliki arti tersendiri dalam ritual-ritual budaya.
Salah satu aspek penting ketika memelihara babi adalah kandang. Kandang harus dirancang agar tak menimbulkan polusi, apalagi mayoritas orang NTT, seperti di Manggarai misalnya, memelihara babi di sekitar rumah.
Nah, diambil dari sejumlah literatur dan berdasarkan praktik di sejumlah negara, Floresa.co mengulas prinsip-prinsip dasar pembuatan kandang babi yang bebas polusi. Dijamin, bila konsep-konsep ini diterapakan dengan benar, kandang tak mendatangkan bau tak sedap serta lalat. Babi pun bisa tumbuh sehat sehingga bisa memberikan nilai lebih bagi Anda.
Konsep ini bisa diterapkan baik untuk peternakan skala kecil di belakang rumah Anda maupun untuk peternakan babi skala besar, misalnya dengan ratusan ekor babi.
Untuk 10-12 ekor babi atau memelihara 2 sampai 3 ekor indukan, bisa menggunakan konsep berikut ini.
Buatlah kandang dengan lebar 6-8 meter, panjang 8 meter dan tinggi 3,5 meter. Bentuknya kira-kira seperti gambar dibawah ini. Sebaiknya, jangan menggunakan atap seng seperti pada gambar, karena selain membuat suhu di dalam kandang panas juga bila terjadi hujan menimbulkan suara gaduh sehingga babi bisa stres. Gunakan atap dari alang-alang, ijuk, daun kelapa atau daun enau.
Sebelum Anda membangun kandang seperti pada gambar di atas, Anda terlebih dahulu membangun fondasi untuk lantai kandangnya.
Caranya sebagai berikut. Pertama-tama, Anda perlu menggali permukaan tanah sedalam 0,9 sampai 1 meter. Kemudian, dinding-dinding tanah yang Anda gali nantinya dilapisi batu bata. Bentuknya kurang lebih seperti pada gambar dibawah ini.
Selanjutnya, Anda mengisi lagi lubang yang telah digali (seperti pada gambar di atas) dengan sejumlah material, yaitu sekam atau sisa material pertanian lainnya yang sudah dicampur dengan tanah yang Anda gali. Masukkan juga garam kasar.
Isilah sampai penuh dan padat. Setelah terisi, semprotkan lantai kandang dengan cairan mikroba seperti EM4, yang bisa Anda beli di toko yang menjual obat untuk pertanian. Ini berfungsi untuk mengurai kotoran babi sehingga tidak menimbulkan bauh busuk, sekaligus menjadikannya sebagai pupuk kompos. Setelah satu Minggu, Anda kemudian memasukan babi ke dalam kandang. Penampakannya seperti dibawah ini.
Lantai kandang beralaskan sekam padi seperti di atas memungkinkan babi bisa hidup nyaman di dalam kandang. Tak hanya itu, kotoran babi pun tidak menimbulkan bau busuk sehingga tak ada lalat yang menghinggap.
Idealnya masa penggemukan babi cukup enam bulan. Setelah itu, Anda menjualnya untuk menghasilkan uang.
Nah, alas kandang yang tadi bisa Anda gantikan dengan yang baru atau bisa digunakan untuk satu kali sikluas penggemukan babi lagi.
Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran babi ini selanjutnya anda gunakan sebagai pupuk organik.
Metode ini, yang sudah lazim dipraktekkan di beberapa negara seperti Korea dan Filipina, menghasilkan banyak keuntungan. Selain menghindari bau busuk, kotoran babi yang sudah bercampur dengan material pertanian atau sampah kering bisa anda gunakan sebagai pupuk, juga memberi ruang yang nyaman bagi babi. Pola ini lebih efisien dibandingkan dengan pemeliharaan di kandang lantai.
Selain waktu Anda tersita untuk selalu membersihkan kandang agar tidak bau, model kandang dengan alas lantai juga tidak memberi keuntungan lain bagi Anda. (PDB/Floresa)