Oleh: Valentinus Robi Lesak
Hingga Senin, 21 April 2025 umat Katolik sejagat masih merayakan Paskah yang menandakan kebangkitan Kristus dari alam maut.
Namun, pada hari tersebut, terdengar sebuah berita duka: Paus Fransiskus meninggal.
Pemimpin umat Katolik sedunia itu pergi untuk selamanya sehari setelah ia mengucapkan “Selamat Paskah” kepada umat di Basilika Santo Petrus, Vatikan.
Paus Fransiskus telah mengakhiri “pertandingan yang baik” di usianya yang ke-88 tahun.
Ia mencapai garis finis dengan teguh memelihara iman.
Lahir dari Keluarga Migran, Jadi Pemimpin Gereja di Argentina
Paus itu punya nama asli Jorge Mario Bergoglio. Ia lahir pada 17 Desember 1936 di Argentina dari pasutri imigran Italia: Mario Jose Bergoglio (1908-1959) dan Ny. Regina Maria Sivori (1911- 1981). Ia merupakan sulung dari lima bersaudara.
Pada 11 Maret 1958 Jorge Mario Bergoglio bergabung dengan Ordo Serikat Yesus atau Jesuit dan ditahbiskan menjadi imam pada 13 Desember 1969.
Hanya empat tahun kemudian, ia terpilih sebagai Provinsial Jesuit Provinsi Argentina (1973-1979).
Setelah itu, pada 1980, ia diangkat menjadi Rektor Philosophical and Theological Faculty of San Miguel, jabatan yang diemban hingga 1986.
Sebelum menjadi rektor, ia sempat belajar Bahasa Inggris selama tiga bulan dan tinggal di Jesuit Center di Milltown Institute of Theology and Philosophy di Dublin, Irlandia.
Setelah tugas sebagai rektor selesai, ia ke Frankfurt, Jerman untuk studi doktoral dan mempertimbangkan menulis disertasi tentang teolog Italia, Romano Guardini.
Namun rencana studi lanjut itu batal karena ia dipanggil pulang oleh Provinsial Jesuit Argentina untuk mulai mengampu tugas baru. Ia didapuk menjadi direktur spiritual di sebuah komunitas Jesuit di Cordoba.
Pada 27 Juni 1992, ia kemudian ditahbiskan sebagai uskup. Mula-mula, ia menjadi Uskup Auksilier Buenos Aires, lalu pada 3 Juni 1997 diangkat menjadi Uskup Koajutor. Setahun kemudian, ia resmi menjadi Uskup Agung Buenos Aires hingga 2013.
Pada 21 Februari 2001, Paus Santo Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi kardinal.
Ia juga menjadi Ketua Konferensi Para Uskup Argentina pada 2005-2011, sembari sebagai Ketua Komite Universitas Katolik Kepausan Argentina.
Terpilih Menjadi Paus
Saat proses pemilihan paus baru dalam sesi konklaf pada 2 April 2005 pasca meninggalnya Paus Yohanes Paulus II, ia dikabarkan sempat mendapat suara terbanyak kedua sesudah Kardinal Ratzinger.
Namun, Ratzinger yang akhirnya terpilih pada 19 April 2005 dan kemudian memilih nama Benediktus XVI.
Saat mencapai usia 75 tahun pada Desember 2011, Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ pernah mengirim surat permintaan pengunduran diri kepada Paus Benediktus XVI. Namun, permohonan itu ditolak.
Dua tahun kemudian, pada 13 Maret 2013, sekitar pukul 18.10 waktu Vatikan, asap putih mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina. Ini menandakan paus baru telah terpilih. Dan yang terpilih sebagai paus ke-266 itu adalah Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ.
Ia menggantikan Paus Benediktus XVI yang memutuskan mengundurkan diri pada 28 Februari 2013.
Kardinal Bergoglio SJ memilih nama Fransiskus, Orang Kudus St. Fransiskus Assisi, sebagai nama dan identitas barunya.
Alasan Memilih Nama Fransiskus
Ia merupakan paus pertama yang memilih nama Fransiskus.
Selain itu, ia juga merupakan paus pertama dari luar Eropa dalam 1.200 tahun terakhir; pertama dari benua Amerika; dan pertama dari Jesuit.
Ketika ia terpilih, Kardinal Claudio Hummes dari Brasil, teman baiknya yang duduk di sampingnya memeluknya dan membisikan kata-kata ini: “Jangan pernah melupakan kaum papa miskin.”
Dalam pengakuannya, Paus Fransiskus berkata: “tiba-tiba saja, pesan bisikan Kardinal Hummes itu sangat menyentak hatiku. Oh ya, kaum papa miskin. Segera, pikiran saya langsung tertuju pada sosok Santo Fransiskus dari Asisi.”
Ia menyatakan: “Santo Fransiskus dari Assisi adalah orang kudus yang mempromosikan perdamaian. Ia sangat mencintai kaum papa miskin, sosok pribadi yang mencintai alam ciptaan dan mengajak semua orang agar aktif merawatnya.”
Menyatunya Kata dan Perbuatan
Segera setelah terpilih menjadi paus, ia langsung melakukan berbagai langkah pembaruan. Ia membalikkan aturan-aturan yang telah berlaku selama berabad-abad.
Alih-alih ingin memberkati umat, ia justru meminta mereka untuk memberkatinya: “Dan sekarang, saya ingin memberikan berkat, tetapi pertama-tama saya mohon: sebelum uskup memberkati umatnya, saya meminta Anda sekalian berdoa kepada Tuhan untuk memberkati saya.”
Tidak lama kemudian, Paus Fransiskus juga membuat gebrakan hebat.
Pada perayaan Kamis Putih, ia memilih merayakannya di sebuah penjara, lengkap dengan prosesi pembasuhan kaki para rasul yang ia praktikkan di hadapan warga binaan. Ia lalu mencium kaki mereka.
Ini adalah satu-dua contoh dari sekian banyak kisah nyata yang telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.
Paus Fransiskus tidak hanya berbicara soal orang-orang yang terpinggirkan, yang merasa ‘jauh’ dari Gereja. Ia selalu melakukan apa yang diucapkannya.
Dalam sebuah catatan pada buku “Kata Bertuah Paus Fransiskus,” editor Mathias Haryadi menulis demikian: “kalau ada yang super hebat di dalam diri Paus Fransiskus, maka hal itu adalah menyatunya kata dan perbuatan (walk the talk).”
Paus Fransiskus telah memperlihatkan keseimbangan antara perkataan dan perbuatan, ucapannya berangkat dari kesaksiaan hidup sendiri.
Lewat kesederhanaan, kerendahan hati, kepeduliannya terhadap kaum marginal, orang miskin, orang-orang cacat dan lingkungan hidup, ia bersaksi kepada dunia.
Ia mengajak agar setiap orang selalu berusaha menjaga jalan menuju persatuan, perdamaian, persaudaraan dan keutuhan ciptaan yang diilhami oleh teladan hidupnya sendiri.
Kata-katanya mampu mendatangkan efek luar biasa yang gaung pengaruhnya jauh melesat keluar dari tembok-tembok Vatikan.
Ia telah memberikan jejak atau kesan inovatif yang kuat pada masa kepausannya; sekali lagi lewat tindakan dan kata-katanya.
Kita terinspirasi oleh tulisan-tulisannya, karena mengetahui bahwa kekuatan dari kata-katanya itu ibarat mesin yang menggerakkan dunia.
Kata-katanya memiliki relevansi global, sangat bertuah, memiliki pesan yang tajam, mendalam, selalu menghadirkan inspirasi baru yang segar.
Ia menyampaikan pesan harapan dan sukacita serta peneguhan dalam hidup yang membuat pendengar atau pembacanya terinspirasi dan termotivasi.
Ia berhasil memukau hati banyak orang dan mampu mendorong setiap pribadi melakukan berbagai terobosan positif demi kebaikan bersama.
Mungkin benar akan apa yang disampaikan oleh Gorgias de Leontinos (485-380 SM), seorang filsuf Sofis dari Yunani Kuno bahwa: “Kata itu kecil dan tidak terlihat, namun menghasilkan keajaiban.”
Pemikiran Paus Fransiskus menuntun kita untuk memiliki keterbukaan tanpa batas terhadap sesama dan memberikan makna dan arti pada kehidupan.
Paus Fransiskus telah pergi untuk selamanya. Namun, ia tidak hanya menitipkan namanya di dunia, tetapi kehadirannya memberikan makna tersendiri.
Kesederhanaan, kerendahan hati, cintanya terhadap yang miskin dan alam semesta akan tetap dikenang dari generasi ke generasi.
Adios Papa Francesco, Selamat Jalan Paus Fransiskus. Beristirahatlah dalam Damai.
Valentinus Robi Lesak merupakan alumnus Universitas San Luigi, Napoli, Italia. Saat ini ia bertugas sebagai formator biara Vocationist di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Editor: Ryan Dagur