Lelaki yang Mencuri Malam di Cepi Watu

Baca Juga

“Ini yang ketiga! Dulu juga pernah begini.” Begitu Maimuna memberi kesaksian. Segera saja Neng Ayu membenarkan “Ia, tahun lalu juga begitu lho. Ini yang ketiga. Mungkin sebelumnya juga pernah gitu tapi kita belum pada datang”

Tiba-tiba, pemilik pub nimbrung. Ia meninggalkan botol-botolnya dan mulai berkisah tentang lelaki sakti yang pernah hadir di tepian itu. Lelaki yang membikin ritual kopi. Begitu kayanya daerah ini akan hasil kopi turut melahirkan lelaki yang punya ritual kopi saban senja. Apapun harinya, setiap senja dirayakan lelaki itu dengan kopi yang direguk dari tempurung kelapa.

Entahlah, dia yang menyembunyikan malam ataukah malam tak mau datang ke tepian itu. Yang pasti lelaki itu pernah dituduh menyembunyikan malam. Itulah sebabnya malam tak benar-benar sempurna. Siang tak benar-benar lewat. Seluruh penjuru kota geger oleh berita itu.

“Untuk apa dia menyembunyikan malam? Untuk mainan anak-anak? Ah, kecuali anaknya kelelawar dan burung hantu serta segala binatang malam. Ia mencuri malam buat oleh-oleh kale…” gerutu Nona Paulina sambil membetulkan jepit yang disemat untuk menjinakkan rambut keritingnya.

Tuan pub berkisah, mereka pernah mengejar lelaki yang menyembunyikan malam. “Heiii, kamu yang menyembunyikan malam. Ayo keluarkan malam itu. Dimana kamu menyembunyikannya?” begitu Tuan pub menirukan suara Markus yang saat itu memimpin pengejaran.

Tuan pub begitu yakin, lelaki itu hadir kembali sore tadi dan membuat ritual kopi. Tuan pub lainnya nimbrung. Mereka datang dengan wajah kecewa. Keluhan sama: tamu belum juga datang. Tak seperti biasanya. Ini hari yang sepi. Bersama lady escort mereka mempergunjing lelaki yang menyembunyikan malam.

“Betulkah ada lelaki yang menyembunyikan malam?” Paulina mulai ragu. Segera saja Maria yang datang dari pub sebelah memastikan.

“Tidak mungkin” bantah Maria. “Memangnya dia Tuhan Allah kah?” gugat Maria yang membuat bungkam Paulina, Neng Ayu, dan Maimuna. Trio berbetis licin dan mengkal yang menjejaki pantai sore tadi. Sekali ini nama Allah disebut juga.

Maria dan bantahannya tak begitu menarik. Segera saja tatapan gadis berbetis licin dan mengkal itu beralih ke tuannya yang terus berkisah. Maria akhirnya ikut juga. Ada yang menarik dari kisah sang Tuan. Ia pernah ikut mengejar pria yang lari dengan tempurung di tangan berisi kopi. Lelaki itu dikejar masa karena tuduhan: menyembunyikan malam.

“Dimana ia sembunyikan malam itu Pi?” tanya Neng Ayu.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini