Ini Penjelasan Polisi Terkait Tewasnya Buron Kasus Menjerite

Floresa.co – Meskipun keterangan Frans Sampur, buron kasus Menjerite sangat dibutukan kepolisian untuk mengungkap dalang di balik kasus berdarah pada 2017 itu, namun ia terpaksa ditembak karena menolak menyerahkan diri dan berusaha menyerang aparat dengan senjata tajam, demikian menurut Kapolres Mabar, AKBP Julisa Kusumawardono.

Ia mengatakan, saat hendak ditangkap pada Kamis subuh, 11 September 2019 polisi kembali melakukan upaya persuasif, setelah Frans melarikan diri sehari sebelumnya dari lokasi penangkapan di Labuan Bajo.

Namun, kata Julisa, Frans tidak proaktif.

“Kita sudah menghimbau agar dia keluar (dari dalam rumah). Sudah diberi peringatan namun ia menerobos jendela, membawa senjata tajam. Saat itu kondisi remang-remang dan dia langsung berhadapan dengan petugas. Kita dalam kondisi yang membutuhkan kecepatan untuk bertindak,” kata Julisa.

BACA: Buron Kasus Pembunuhan di Menjerite Tewas Saat Ditangkap

“Kemudian dilakukan tindakan kepolisian untuk dilumpuhkan secara tegas dan terukur. Namun, ternyata yang bersangkutan tertembak,” lanjutnya.

Frans ditembak dalam pengepungan yang berlangsung di Kampung Tadong, Desa Watu Umpu, Kecamatan Welak.

Julisa menambahkan, selama ini ketika kemana-mana, Frans selalu membawa parang, yang kini sudah diamankan polisi.

“(Ini) sangat membahayakan baik (bagi) petugas maupun orang yang berada dalam rumah (saat pengepungan),” katanya.

Julisa mengatakan, kesaksian Frans yang sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dibutuhkan untuk mengungkap orang-orang yang berada di balik kasus Menjerite, yang menewaskan dua warga asal Kusu, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.

“Kapasitas dia sebagai bagian dari orang-orang yang terlibat pengeroyokan,” kata Julisa.

Selain Frans, masih ada satu lagi orang yang masuk DPO dan sedang diburu polisi.

Jenazah Frans sudah diserahkan kepada keluarganya pada Jumat kemarin di Kampung Naba, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, setelah sebelumnya ditempatkan di RSUD Marombok untuk kepentingan visum.

BACA: Isak Tangis Keluarga Sambut Jenazah Buron Kasus Pembunuhan di Menjerite

Saat tiba di rumah duka, tangisan keluarga dan kerabatnya tak terbendung.

Frans meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Anak pertama duduk di bangku kelas tiga SD, sementara yang satunya lagi masih berusia lima tahun

Ferdinand Ambo/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA