Dira Tome: Human Trafficking Dipicu Minimnya Lapangan Kerja di NTT

Ruteng, Floresa.co – Bupati Sabu Raijua, Marten Dira Tome (MDT) menilai minimnya lapangan kerja di provinsi NTT merupakan biang kerok maraknya kasus human trafficing atau perdagangan manusia berkedok pengiriman tenaga kerja ke luar NTT.

“Kalau kita bicara human trafficking, asal muasalnya karena minimnya lapangan kerja. Oleh karena itu orang harus pergi keluar negeri untuk mencari kerja, sampai di Malaysia terjadilah kasus perdagangan manusia” ujar Marten kepada sejumlah wartawan, Selasa 6 Agustus 2016 di Aula Paroki Poka, Manggarai – Flores.

MDT mengatakan hal itu di sela-sela kunjungan ke Desa Longko, kecamatan Wae Rii, kabupaten Manggarai, Flores-NTT.

Kunjungan tersebut untuk memperkenalkan produk lokal yang dimiliki kabupaten Sabu Raijua serta sejumlah pencapaiannya selama menjadi bupati di daerah itu.

Ia menuturkan banyak orang NTT merantau ke Malaysia, itu karena pemerintah Malaysia sanggup membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Pada hal lapangan kerja yang dibuka disana adalah perkebunan kelapa sawit.

“Apakah Manggarai tidak bisa membuka perkebunan kelapa sawit? Apakah Manggarai tidak bisa bikin lahan sawah? Apakah Manggarai tidak bisa bikin lahan kedelai dan sebagainya” jelasnya.

Karena itu, kata dia pemerintah harus memikirkan untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya sehingga rakyat tidak lagi merantau keluar negeri.

“Banyak orang berpikir untuk memperoleh pekerjaan harus memiliki ijazah dan sebagainya. Sebenarnya tidak, kalau kita membuka lapangan kerja sesuai kemampuan pekerjanya, misalnya peternakan, pertanian. Saya kira yang harus dilakukan adalah pelatihan” kata Marten.

Menurut Bupati dua periode ini, pemerintah harus bisa memilah jenis pekerjaan yang cocok untuk mereka yang berpendidikan rendah.

“Kita harus pilah pekerjaan yang cocok bagi mereka yang memiliki kompetensi yang tinggi dan mereka yang punya kompetensi yang rendah”

“Tambak garam tidak semestinya harus sekolah tinggi. Pabrik kopi, dan lain-lain. Yang paling penting lapangan kerjanya ada dulu” kata Marten.

Perusahankan banyak sekali bagian bagian di dalamnya. Jadi, tidak semuanya harus sekolah tinggi.

Ia pun menjelaskan, setiap kabupaten di NTT memiliki potensi daerah masing-masing.

“Contohnya Manggarai, potensinya sangat luar biasa. Semuanya ada, air ada, sawah ada, lahan luas. Bagaimana kita jadikan Manggarai sebagai lumbung beras untuk semua kabupaten di Flores, bila perlu kita ekspor” katanya lagi.

BACA JUGA: 

Semua potensi yang ada harus ditingkatkan, tentunya untuk mengurangi angka pengangguran. Dan khususnya menekan kasus human trafficking yang terus menerus terjadi di NTT ini.

“Saya telah membangun 4 pabrik di Sabu Raijua, pabrik garam nagata, pabrik air minum Oase, pabrik rumput laut, dan pabrik karung pelastik juga lumbung bawang”ujarnya.

Pabrik tersebut dikelolah lansung oleh pemerintah daerah melalui dinas Perindagkop kabupaten Sabu Raijua. Dengan demikian PAD kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Kupang itu bisa mencapai Rp 32 miliar, dari hanya 320 juta saja sejak awal kabupaten itu terbentuk pada tahun 2008 lalu.

MDT sejak Senin kemarin bertandang ke pulau Flores untuk memperkenalkan sejumlah produk unggulan dari daerahnya. Ia memulai lawatannya di Manggarai Barat pada Senin kemarin dan hari Selasa 6 September berada di Manggarai.

Kunjungan berbalut perkenalan produk ungggulan ini ditengarai bagian dari safari politik MDT yang kini disebut-sebut sebagai salah satu bakal calon gubernur NTT pada pemilihan kepala daerah tahun 2018. (Ronald Tarsan/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA