Floresa – Warga Golo Kaca, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur kecewa dengan pemerintah kabupaten itu yang tidak peduli dengan kondisi jalan ke kampung mereka yang rusak parah.
“Kami sudah bosan omong ke pemerintah. Mereka mau perbaik jalan ini, baik. Tidak perbaik juga, baik,” kata Mus, salah satu warga Golo Kaca, kepada Floresa, Sabtu, 14 Oktober.
Ia mengatakan, warga sudah berulang kali menyampaikan ke pemerintah dan DPRD Manggarai Timur terkait kondisi jalan itu, tetapi hingga kini belum juga mendapat perhatian.
Golo Kaca berada sekitar 300 meter arah timur dari jalan utama Borong menuju Lehong, pusat pemerintahan Kabupaten Manggarai Timur.
Pantauan Floresa, jalan masuk ke kampung itu sudah berlubang di banyak titik. Kerusakan terparah terlihat di tikungan sebelum memasuki Golo Kaca dari arah barat.
Batu-batu telford yang terlepas akibat gesekan roda kendaraan tampak berserakan di badan jalan.
“Kami kasihan anak sekolah saja. Setiap hari mereka jalan kaki. Apalagi dalam kondisi panas begini. Orangtua mau hantar dengan sepeda motor juga penuh hati-hati karena takut jatuh,” kata Mus.
Dul, salah satu petani sayur di Golo Kaca mengatakan akses jalan yang rusak itu sangat berpengaruh terhadap harga sayur yang ia jual ke para pedagang di Pasar Borong.
“Kalau saya hantar sayur ke pasar, pucuk-pucuknya itu banyak yang rusak akibat benturan di jalan rusak ini,” katanya.
“Ketika kondisi sayurnya sudah begitu, pembeli di pasar biasanya tawar dengan harga yang lebih murah dari biasanya,” tambahnya.
Dul mengatakan ruas jalan tersebut tidak hanya digunakan oleh warga Golo Kaca, tetapi juga sebagai jalur penghubung warga dari sejumlah desa di Kecamatan Kota Komba ketika hendak ke Borong.
“Selain itu, jalur ini juga sering dilewati oleh para pejabat yang punya sawah di Persawahan Cambir dan Loba,” katanya.
Warga Golo Kaca pernah melakukan aksi protes kepada pemerintah dengan menanam pohon pisang di beberapa titik jalan tersebut pada 2021.
Namun, hingga kini, jalan itu belum juga diperbaiki.
“Itu makanya kami bilang bosan kalau bicara tentang jalan ini,” kata Dul.