Floresa.co – Setidaknya dua warga di Kelurahan Karot, Langke Rembong, Kabupaten Manggarai mengaku sudah tiga pekan tak tersuplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum [PDAM] Tirta Komodo.
TN, seorang warga yang tak bersedia menyebutkan namanya mengatakan air bersih berhenti mengalir sejak 9 November.
Meski tak tersuplai air, warga itu mengaku tetap menerima lembar tagihan PDAM untuk bulan berjalan Oktober 2023.
Tagihan air bersih TN sebesar Rp29 ribu pada bulan tersebut. Ia mengaku “lupa volume pemakaian airnya berapa.” Yang jelas, ia memilih tetap membayar iuran lantaran “tak ingin didenda, apalagi dicabut meterannya.”
SS, warga lain yang tinggal di Karot dan, seperti TN, tak bersedia dituliskan namanya mengatakan “air lebih sering tak mengalir karena pipa salurannya kerap rusak.”
Ia mengaku tak mengetahui jenis kerusakannya. Kendati begitu, ia mengaku beberapa kali mendapati petugas memperbaiki pipa-pipa yang rusak.
Sekitar satu jam sesudah diperbaiki, “air masih mengalir. Setelah itu mandek lagi.”
Terkadang “kami capek juga mengadu ke PDAM.”
Kebutuhan akan air bersih membuat TN sempat beberapa kali menimba air dari kran di hunian kerabat yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.
Berjalan kaki ia mengangkut air timbaan itu menggunakan jerigen.
Selain itu, ia juga “sempat dua kali membeli air dari petugas lapangan PDAM Tirta Komodo,“ katanya kepada Floresa pada 27 November.
Air yang ia beli, kata TN, diantar oleh “mobil tangki berukuran 5000 liter milik PDAM Tirta Komodo.”
Mobil itu tak setiap hari masuk ke permukiman Kelurahan Karot. “Harus pesan dulu, baru mereka [mobil tangki pengangkut air] datang,” kata TN.
Ia mengaku tak mengetahui “dari mana sumber airnya.”
Harga satu tangki bervolume 5.000 liter sebesar Rp200 ribu. TN membeli air dari tangki lantaran “membutuhkannya untuk acara keluarga di rumah.”
Sementara itu, Marsel Sudirman, Direktur PDAM Tirta Komodo tak menjawab panggilan telepon maupun merespons pesan WhatsApp dari Floresa pada 27 dan 28 November. Begitu pula dengan Willy Jeneo, Kepala Bagian Teknisi perusahan air minum tersebut.
Pesan WhatsApp dari Floresa ke keduanya bertanda centang biru, yang artinya sudah dibaca.
Sepekan sebelumnya sekitar 46 warga di tiga desa di Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai memutuskan tak membayar iuran air bersih, bentuk protes terhadap PDAM Tirta Komodo.
Beberapa di antaranya mogok bayar sejak delapan bulan lalu.
Protes warga Desa Bangka Jong, Desa Longko dan Desa Wae Ri’i menyusul dugaan PDAM Tirta Komodo mengistimewakan tujuh pelanggan di Kampung Pinggang, Desa Wae Ri’i.
Wilibrodus Homan, Kepala Unit Pelayanan Wae Ri’i mengklaim tuduhan tersebut tidak benar.
“Tidak ada perlakuan khusus,” katanya.
Ia juga memberi penjelasan tentang tujuh pelanggan yang disebut telah diistimewakan itu.
PDAM, kata Wilibrodus, sempat melakukan penutupan sementara akses air ke rumah mereka pada 2021.
Pemicunya “karena mereka tidak bayar tunggakan pembayaran.”
Namun, usai penutupan itu, katanya, “tujuh pelanggan tersebut mengambil air langsung dari pipa PDAM, tanpa meteran.”
Tunggakan tujuh orang tersebut pada 2021, jelasnya, “masih ada, bahkan ada yang menunggak Rp824.000.”
Ia mengklaim polisi “sudah pernah menertibkan ketujuh orang itu, tetapi mereka pasang lagi.”