Floresa.co – Proyek pengerasan jalan atau telford dan jembatan di Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur mangkrak sejak mulai dikerjakan beberapa bulan lalu.
Warga desa dan pelaksana proyek itu menuding pemerintah desa lepas tangan.
Meltiana Anu, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan [TPK] proyek telford sepanjang 680 meter itu menyebut Bendahara Desa, Florianus Siong sebagai ‘penyebab’ mangkraknya proyek itu.
Ia berkata kepada Floresa pada 1 Juli, Florianus tidak kunjung menyediakan material.
Mengklaim telah berkali-kali menemui Florianus meminta membeli material, katanya, “ia hanya janji nanti akan dimuat.”
“Saya hanya membuat pengajuan, sementara keuangan semua diatur oleh bendahara,” katanya.
Proyek telford dan jembatan pada jalur Mbeling-Tobang itu berada di Dusun Mbeling.
Jalur itu menjadi penghubung antara Desa Gurung Liwut dengan desa di sebelah baratnya, Golo Meleng, Kecamatan Rana Mese.
Jalan itu juga merupakan satu-satunya akses menuju sekitar 31 hektare persawahan dan sekitar 75 hektare perkebunan warga Dusun Mbeling.
Pada beberapa titik pada ruas jalan itu, batu-batu yang telah disusun sudah terbengkalai.
Jembatan pada ruas jalan tersebut mulai dikerjakan pada Februari 2024, menghabiskan dana Rp75 juta, merujuk pada dokumen Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa [APBDes].
Pengerjaan jembatan itu ramai dibicarakan warga karena sudah lebih dari empat bulan belum juga selesai.
Kedua sisi jembatan itu belum ditimbun tanah, membuatnya belum bisa difungsikan.
Seorang warga yang meminta Floresa tidak menuliskan namanya menduga dana proyek jembatan itu telah habis sebelum pengerjaannya selesai.
Dugaannya merujuk ke proses pengadaan material yang terkesan lamban.
“Kadang dua minggu baru material datang, itu pun hanya satu rit,” katanya pada 1 Juli. Meltiana Anu dari TPK tidak menjawab pertanyaan Floresa soal kapan proyek itu tuntas.

Floresa menghubungi Florianus Siong pada 1 Juli, namun pesan yang dikirim ke nomornya masih bercentang satu.Proyek telford di Desa Gurung Liwut itu sempat menjadi sorotan dalam laporan investigasi kolaborasi Floresa dan Krebadia pada Januari 2024.
Laporan itu menyoroti sejumlah kejanggalan pengerjaan proyek yang bersumber dari dana desa tahun anggaran 2023 itu.
Salah satunya adalah jumlah dana yang termuat pada papan informasi tidak sinkron dengan yang tertera pada dokumen [APBDes].
Merujuk pada informasi di papan itu, dana pengerjaan telford tercatat Rp194.000.000, tidak sesuai dengan pagu dalam APBDes, Rp204.000.000.
Pasca laporan itu dirilis, Florianus sempat dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya.
Namun seorang pengurus desa mengkonfirmasi kepada Floresa bahwa pengunduran dirinya belum disetujui oleh Kepala Desa Gurung Liwut, Nikodemus Matu lantaran kedua proyek itu belum selesai.
Florianus juga sempat meminta kepada Robianus Kadim, Anggota TPK yang mengungkap kejanggalan proyek itu untuk membuat video klarifikasi bahwa pernyataan dalam laporan kolaborasi Floresa dan Krebadia adalah bohong.
Dinas Pembangunan Masyarakat dan Desa Manggarai Timur juga telah menyelidiki proyek itu dan meminta kepala desa untuk segera menggelar musyawarah bersama warga.
Musyawarah itu memang digelar. Teodorus Tarsan, salah satu warga yang menghadiri musyawarah saat itu berkata, kepala desa sempat berjanji batu-batu yang sudah terbengkalai akan segera dibetulkan kembali.
Inspektorat Daerah Kabupaten Manggarai Timur juga sempat berjanji akan melakukan audit terhadap Nikodemus Matu atas berbagai kejanggalan proyek tersebut.
Di tengah sorotan terhadap kejanggalan proyek tersebut, Camat Borong, Sistus Mbalur justru menyatakan tidak ada yang bermasalah dengan proyek itu.
Floresa menghubungi Sistus pada 1 Juli untuk menanyakan pendapatnya terkait proyek mangkrak yang ia sebut tidak bermasalah itu.
Namun ia tidak merespons, kendati pesan yang dikirim sudah tercentang dua.
Floresa juga menghubungi Kepala Desa Nikodemus Matu pada 1 Juli untuk meminta penjelasannya perihal proyek mangkrak tersebut. Pesan yang dikirim masih bercentang satu.
Editor: Ryan Dagur