Floresa.co – Polisi di Kupang, ibu kota NTT sedang menyelidiki penyebab kematian seorang mahasiswa sebuah kampus swasta Katolik yang meninggal di kos temannya.
Mahasiswa Program Studi Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Katolik Widya Mandira [Unwira] itu ditemukan meninggal dunia di kos temannya di Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang pada 25 November.
Sehari setelahnya, jenazah mahasiswa berusia 25 tahun itu dipulangkan ke kampungnya di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, yang juga menjadi salah satu wilayah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Sebelumnya, anggota polisi dari Polsek Kupang Tengah sempat membawa jenazahnya ke Rumah Sakit Bhayangkara Titus Uly Kupang untuk visum.
Kapolsek Kupang Tengah, Ipda Muhammad Ciputra Abidin berkata, berdasarkan hasil pemeriksaan, “tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh mahasiswa itu.”
Namun, pihaknya akan tetap menggali keterangan dari para saksi guna mengetahui penyebab kematian mahasiswa itu.
“Jenazah tidak diotopsi karena sesuai permintaan pihak keluarga. Keluarga menerima peristiwa ini sebagai jalan Tuhan,” katanya.
Kronologi Kejadian
Kepala Desa Penfui Timur, Zem Tafoki berkata, sehari sebelum ditemukan meninggal, mahasiswa itu bersama rekannya dari Flores Timur menerima bantuan sembako di Bundaran Tirosa, Kota Kupang.
Setelahnya, mahasiswa itu memutuskan untuk menginap di kos Frederikus Paji Lewoirak, teman sekampungnya.
Kos Frederikus terpaut sekitar 500 meter dari kos mahasiswa tersebut.
Zem berkata, ketika sampai di kos, mereka sempat makan malam dan setelah itu Frederikus memilih tidur duluan, sementara rekannya duduk sambil merokok.
“Entah kapan ia memilih tidur, temannya tidak mengetahui soal itu,” katanya kepada Floresa pada 25 November.
“Keesokannya, temannya bangun lalu masak dan makan lebih dulu, sementara dia masih tidur,” tambahnya.
Zem menjelaskan Frederikus baru mengetahui mahasiswa itu sudah tidak bernyawa sekitar pukul 13.00 Wita saat hendak membangunkannya untuk makan siang.
Frederikus langsung melaporkan kejadian itu kepada pemilik kos, Stefanus Sene yang juga tinggal di Desa Penfui Timur.
Mendapat kabar itu, kata dia, Stefanus langsung memberitahukan hal tersebut kepada “saya beserta ketua RT, RW dan Babinsa.”
Agar bisa ditindaklanjuti dengan cepat, “saya langsung menghubungi aparat kepolisian di Polsek Kupang Tengah.”
Kapolsek Kupang Tengah, Ipda Muhammad Ciputra Abidin berkata, setelah dievakuasi, jenazah mahasiswa itu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Titus Uly Kupang untuk visum.
Dari keterangan saksi, kata dia, sehari sebelumnya mahasiswa itu bersama rekan-rekannya sempat mengonsumsi moke – minuman tradisional yang terbuat dari hasil penyulingan air pohon lontar atau enau – sebanyak dua botol. Mereka minum hingga malam hari.
Berdasarkan informasi dari keluarga, kata Zem Tafoki, mahasiswa itu mempunyai riwayat penyakit hernia atau turun berok, kondisi yang ditandai dengan keluarnya organ dalam tubuh melalui jaringan di sekitarnya, hal yang diduga menjadi penyebab kematiannya.
Respons Kampus
Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan Unwira Eston Saparera Niron berkata, ketika mendengar kejadian tersebut, ia beberapa rekan dosennya bersama mahasiswa mendatangi kos di Desa Penfui Timur itu.
Ia mengaku langsung menghubungi Wakil Rektor I Bidang Akademik Unwira, Samuel Igo Leton usai mendapat kabar anggota polisi dan Polsek Kupang Tengah telah melakukan olah tempat kejadian perkara.
Berdasarkan hasil koordinasi tersebut, pihak kampus memberikan bantuan dana untuk membiayai pemulangan jenazah ke kampung halamannya.
“Sekalipun ia sudah cuti, tetapi ia masih menjadi bagian dari civitas akademika kampus Unwira Kupang,” katanya kepada Floresa pada 26 November.
Eston menjelaskan mahasiswa itu berstatus aktif pada Prodi Ilmu Pemerintahan, tetapi “masa studinya harus terhambat karena memilih cuti pada semester satu.”
Zem Tafoki mengaku “belum tahu pasti alasan cuti itu,” tetapi berdasarkan cerita seorang temannya, “almarhum kerap kali memilih bekerja sebagai kuli bangunan di kampusnya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.”
Ia menambahkan lantaran terjebak dalam situasi ekonomi, mahasiswa itu juga seringkali memilih “tinggal di kos teman-temannya.”
Eston berkata, berdasarkan informasi dari satpam kampus, “mahasiswa itu sering bekerja di gedung rektorat dan ia dikenal baik oleh para pekerja lainnya.”
Jenazah mahasiswa itu dipulangkan ke kampungnya pada 26 November menggunakan kapal TNI Angkatan Laut yang juga membawa bantuan untuk korban terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur.
Editor: Anno Susabun