Bukan Ramah, Tapi Ancam Keselamatan Lingkungan; Walhi NTT Soroti Promosi Geotermal di Flores yang Diklaim Ramah Lingkungan

Selain berisiko tinggi proyek geotermal juga berpotensi mempercepat kehancuran ekologis, kata Walhi

Floresa.co – Rencana pengembangan energi panas bumi di Pulau Flores kembali menuai kritik dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nusa Tenggara Timur [Walhi NTT]. 

Dalam pernyataan yang diterima Floresa.co,  Walhi memperingatkan dampak buruk yang bisa timbul dari proyek ini, mulai dari kerusakan lingkungan hingga ancaman terhadap kehidupan masyarakat lokal.

Energi panas bumi kerap dipromosikan sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. 

Namun, Walhi menyebut narasi tersebut seringkali mengabaikan fakta bahwa proyek ini berpotensi menimbulkan kerusakan ekologis dan sosial yang serius.

Ancaman Pencemaran dan Bencana

Yuvensius Stefanus Nonga, Deputi Walhi NTT menyebut proses pengeboran panas bumi dapat mencemari air tanah dengan zat-zat berbahaya, termasuk menghasilkan gas beracun seperti hidrogen sulfida [H2S]. 

Yuven mengingatkan bahwa kasus seperti ini sudah terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi [PLTP] Lahendong, Sulawesi Utara, di mana kebocoran gas beracun berdampak pada kesehatan warga sekitar.

“Tidak ada jaminan bahwa limbah panas bumi akan dikelola dengan benar,” katanya.

Selain mencemari lingkungan, proyek panas bumi juga bisa memicu bencana geologis. 

Ia mencontohkan kasus di PLTP Sarulla, Sumatera Utara, di mana aktivitas pengeboran menyebabkan kerusakan tanah, munculnya sulfur hingga dua kilometer dari lokasi eksploitasi, dan ancaman tanah longsor.

Kejadian serupa juga terjadi di Pohang, Korea Selatan, pada 2017. 

Aktivitas pengeboran panas bumi di sana memicu gempa bumi yang merusak ribuan rumah dan memaksa warga mengungsi. 

“Risiko seperti ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” katanya.

Dampak pada Kehidupan Masyarakat Lokal

Di Flores, kata Yuven, proyek panas bumi dilaporkan telah merusak jalur transportasi dan permukiman di Daratei Mataloko, Kabupaten Ngada, NTT.

Eksploitasi panas bumi juga mempengaruhi keberadaan mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat lokal.

Dampaknya, beberapa lubang yang muncul dari proyek itu menyemburkan lumpur dan uap panas  disertai bunyi gemuruh yang terus bertambah di sekitar lokasi proyek geotermal Mataloko, yang kini sedang dikerjakan.

Yuven menilai kerugian seperti ini seringkali diabaikan dalam perencanaan proyek.

“Ketergantungan pada panas bumi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang hanya akan membawa kerugian besar bagi masyarakat Flores,” katanya

Proyek Dengan Narasi Solusi Energi yang Palsu’

Yuven menyebut proyek geotermal sebagai “proyek dengan risiko keuangan yang cukup tinggi” di mana pada saat yang sama “dalih skema investasi dan utang digunakan,” bagian dari pemenuhan terhadap anggaran yang tinggi dalam pembangunan proyek itu.

Hal ini, menurutnya karena dalam tahapan eksplorasi “butuh teknologi yang cukup besar” dan “belum tentu sekali bor, langsung berhasil.”

Selain itu, skema pembukaan lahan berimbas “penggusuran masyarakat” menjadi salah satu dampak yang tak terelakan.

Ia juga menyoroti beban ekonomi yang ditimbulkan oleh proyek panas bumi, bagian dari membebankan keuangan negara.

Biaya rehabilitasi lingkungan, bantuan bagi korban, dan pemulihan ekosistem, kata dia, dapat menjadi beban besar bagi anggaran negara.

“Proyek ini sering kali dibungkus dengan narasi solusi energi yang palsu,” katanya.

Ia menyebut “siapapun yang membawa narasi ini untuk melegitimasi kehadiran proyek panas bumi di Flores,” maka “ia sedang melakukan pembodohan publik.” 

Karena yang terjadi sebenarnya, kata dia, adalah masyarakat lokal yang harus menanggung seluruh dampak negatifnya.

Yuven juga menyoroti pernyataan pengamat tambang Ferdy Hasiman baru-baru ini,  yang mendukung langkah Pemda Manggarai dalam penetapan lokasi tahap II untuk proyek geotermal Poco Leok.

Pernyataan Ferdy yang menyebut geotermal di Flores dapat menyelamatkan APBN di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak, kata Yuven, “seolah-olah menyerahkan beban keuangan negara kepada warga di pelosok yang sedang berjuang menyelamatkan ruang hidupnya.”

“Tidak pernah ada perencanaan terkait kebencanaan dan dampak negatif lain dalam proyek geotermal”, kata Yuven.

Ia meminta pemerintah untuk melakukan kajian dampak lingkungan yang lebih menyeluruh sebelum melanjutkan proyek panas bumi di Flores.

“Kami tidak menolak energi terbarukan,” katanya.

“Namun, segala resikonya harus dipertimbangkan dan ditangani dengan serius, agar masyarakat dan lingkungan tidak menjadi korban.” tambahnya.

Editor: Anno Susabun

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel Whatsapp dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA