Floresa.co – Robertikalsius Joman hanya bisa pasrah ketika seorang perawat di RSUD Borong berkata bahwa tak ada lagi banyak pilihan untuk menyelamatkan nyawa istrinya, Maria Novlin Bruno.
“Kami diberi tahu bahwa kemungkinan sembuh sudah sangat kecil,” katanya mengisahkan peristiwa pada 2 Agustus itu usai Maria yang didiagnosis terjangkit penyakit rabies dan sudah level parah.
Perawat itu berkata bahwa pilihan yang paling mungkin adalah memberi istrinya obat pengurang rasa sakit.
Setelahnya, Maria tetap dirawat di ruang isolasi hingga dinyatakan meninggal sekitar pukul 16.00 Wita, beberapa jam setelah tiba di rumah sakit.
“Siang hari sampai di RSUD Borong, sorenya Maria meninggal,” katanya.
Pergi untuk selamanya dalam usia 26 tahun, perempuan asal Kampung Ngangat, Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba itu meninggalkan dua anak, masing-masing berusia 7 dan 3 tahun.
Digigit Anjing Lebih Dari Tiga Bulan Lalu
Robertikalsius berkata, Maria digigit anjing peliharaan mereka pada 14 April.
“Setelah kejadian itu, saya sudah menyarankan istri saya untuk segera vaksin anti-rabies, tapi dia bersikeras tidak mau,” katanya kepada Floresa pada 4 Agustus.
Ia berkata, ia khawatir karena sebelumnya anjing peliharaan yang berusia sekitar tiga bulan tersebut pernah digigit anjing liar.
Robertikalsius mengisahkan, Maria mulai menunjukkan gejala terkena rabies pada 1 Agustus.
“Ia mengeluh sakit pada bagian lengan,” katanya.
Pada 2 Agustus pagi, seorang perawat yang merupakan tetangga mereka memeriksa kondisi Maria dan “menduga ia terinfeksi rabies.”
Karena kondisinya yang memburuk, keluarga membawanya ke RSUD Borong.
“Saat tiba di rumah sakit, ia sudah takut minum air, mengalami kejang dan gelisah berlebihan,” katanya.
Petugas di RSUD lalu meminta keluarga Robertikalsius mengambil vaksin di Puskesmas Borong yang berjarak sekitar 10 kilometer ke arah selatan.
Namun setelah sekitar 15 menit adik Robertikalsius pulang dari Puskesmas Borong dan membawa serta vaksin, perawat di rumah sakit itu berkata Maria sudah “tidak bisa vaksin lagi karena virusnya sudah sampai ke saraf.”
Ribertikalsius berkata, hanya ia yang kemudian disuntik menggunakan vaksin itu.
Ia berkata, jenazah Maria kemudian disemayamkan di rumah mereka di Ngangat sebelum langsung dimakamkan pada 2 Agustus sore.
Ribuan Kasus Per Tahun
Maria tercatat sebagai korban kesembilan di Manggarai Timur dalam tiga tahun terakhir yang meninggal karena rabies.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, Pranata Kristiani Agas berkata, selama periode 2023 hingga Juni 2025, terdapat 5.239 warga di wilayah itu menjadi korban gigitan hewan penular rabies (HPR).
“Semua merupakan suspek atau terduga rabies, karena tidak ada pemeriksaan otak HPR,” katanya sebagaimana dikutip dari TribunFlores.com.
Pada 2023, kata dia, terdapat 1.919 kasus dengan dua korban meninggal, masing-masing dari wilayah kerja Puskesmas Lebi dan Puskesmas Tilir – keduanya di Kecamatan Borong.
Jumlah korban meninggal bertambah enam orang pada 2024, di mana terdapat 1.926 kasus gigitan.
Empat orang dinyatakan meninggal dunia tersebar di wilayah kerja Puskesmas Lalang di Kecamatan Rana Mese, Puskesmas Colol di Kecamatan Lamba Leda Timur, Puskesmas Mamba di Kecamatan Elar Selatan dan Puskesmas Benteng Jawa di Kecamatan Lamba Leda.
Sementara hingga Juni tahun ini, tercatat 1.394 kasus gigitan, dengan dua korban meninggal dari wilayah kerja Puskesmas Ketang, Kecamatan Kota Komba dan Puskesmas Lawir, Kecamatan Lamba Leda Timur.
Ani mengklaim, saat ini Vaksin Anti Rabies dan Serum Anti Rabies tersedia di seluruh puskesmas di wilayah Manggarai Timur.
“Karena itu, masyarakat diimbau agar segera melapor ke petugas kesehatan terdekat atau pemerintah setempat jika mengalami gigitan hewan penular rabies seperti anjing, kucing, atau monyet agar bisa segera ditangani melalui penyuntikan vaksin,” katanya.
Editor: Ryan Dagur