ReportasePeristiwaPengerjaan Lapen Tak Sesuai Rencana, Warga di Manggarai Barat Adukan Kades ke Bupati

Pengerjaan Lapen Tak Sesuai Rencana, Warga di Manggarai Barat Adukan Kades ke Bupati

Warga menyayangkan sikap Inspektorat yang tak kunjung memeriksa proyek itu

Floresa.co – Warga di Kecamatan Ndoso mengadukan seorang kepala desa atau kades ke Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi karena pengerjaan lapisan penetrasi atau lapen di wilayah mereka tidak sesuai dengan perencanaan.

Aduan itu disampaikan Salesidus Natal, seorang warga Desa Lumut lewat unggahan di akun Facebooknya pada 5 Juli.

Dalam unggahan berjudul “Surat Terbuka untuk Bupati” itu, ia mengadukan buruknya kualitas lapen di Kampung Rewas, Dusun Golo Lewe yang dikerjakan langsung oleh pemerintah desa.

Anggaran proyek itu senilai Rp353.410.200 yang dialokasikan dari dana desa tahun 2024.

Salesidus mengaku kecewa dengan Kades Lumut, Tarsisius Tening dan Ketua Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Maksimus Jeratu karena pengerjaan lapen itu tidak sesuai dengan gambar yang dibuat oleh keduanya bersama seorang konsultan.

Dalam gambar itu, kata dia, penyiraman aspal dilakukan empat kali di mana penyiraman aspal tahap pertama dengan volume satu kilogram dilakukan dilakukan di atas telford yakni sebelum penyiraman batu ukuran 3/5. 

Setelah material itu digilas, dilanjutkan dengan penyiraman aspal tahap kedua dengan volume 1,5 kilogram dan penghamparan batu ukuran 2/3.  

Setelah batu itu digilas, dilanjutkan dengan penyiraman aspal bervolume 1,5 kilogram dan penghamparan pasir.

“Setelah digilas, baru siram lagi aspal dengan volume yang sama, kemudian dihampar split,” katanya. 

“Sayangnya, yang terjadi adalah penyiraman aspal hanya dilakukan dua kali. Mereka hanya siram aspal setelah menghampar batu ukuran 3/5. Di lokasi juga tidak ada batu 2/3,” tambahnya. 

Warga menilai kulitas lapen sangat buruk karena pengerjaannya tidak sesuai dengan perencanaan. (Dokumentasi Salesidus Natal)

Salesidus menegaskan “kami berharap bupati menanggapi tulisan (unggahan) ini dalam tempo 1×24 jam.” 

Jika tak direspons, kata dia, maka patut diduga bahwa “bupati melindungi Kades Lumut dan TPK yang menggunakan uang rakyat tidak sesuai dengan rencana.” 

“Dana desa itu uang rakyat bukan uang kepala desa,” katanya. 

Salesius berkata pengerjaan lapen tersebut dimulai pada September tahun lalu, tetapi hanya berupa dua kali pencabutan rumput.

Selain itu adalah pengadaan material berupa batu ukuran 3/5 dan puluhan drum aspal.

Kasus ini membuat Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Pius Baut memanggil Tarsisius untuk memberikan klarifikasi pada 14 Mei.

Berbicara kepada Floresa pada 12 Juni, Pius berkata, Tarsisius membenarkan bahwa “ada pekerjaan yang belum selesai.”

“Kami minta dia buat pernyataan kesanggupannya dan waktu itu kami beri waktu dia tiga minggu. Dia menyanggupi akan selesai,” katanya.

Dalam berita acara hasil klarifikasi itu, Tarsius mengaku bahwa tidak hanya proyek lapen yang belum tuntas, tetapi juga proyek jamban sehat dengan anggaran Rp67.285.400. 

Apabila tidak menuntaskan pengerjaan dua proyek itu, tulis Tarsisius “saya siap bertanggung jawab dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku.”

Usai meneken kesepakatan itu, Tarsius menggenjot pengerjaan lapen, termasuk dengan penyiraman kerikil di badan jalan.

Namun, Salesidus Natal menegaskan Tarsisius tidak menepati janjinya karena “pengerjaannya belum tuntas.” 

Inspektorat Diam

Dalam pernyataan sebelumnya, Pius Baut mengaku telah berkoordinasi dengan Inspektorat Manggarai Barat terkait pengerjaan lapen itu.

“Jawaban dari Inspektorat, mereka sedang menangani Desa Lumut itu. Tapi, saya tidak tahu ‘sedang’ itu maksudnya seperti apa,” katanya.

Namun, saat ditemui Floresa pada 3 Juli, Kepala Inspektorat, Blasius N. Oban mengaku pihaknya belum memeriksa pengerjaan lapen itu. 

Salesidus menyayangkan sikap Inspektorat yang tak kunjung memeriksa Tarsisius dan pengerjaan lapen itu. 

Ia berkata, Inspektorat memilih diam, kendati mengetahui masalah pengerjaan lapen itu. 

Pengerjaan lapen itu, kata dia, bukan hanya tentang “selesai atau belum, tetapi juga soal kualitas.”

“Lapen itu seharusnya dikerjakan pada tahun lalu, namun tidak dilaksanakan. Pengerjaannya baru dilakukan setelah warga berbicara kepada media pada April,” katanya. 

Editor: Herry Kabut

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA