Floresa.co – Floresa menjadi satu dari 16 media yang baru-baru ini diumumkan menjadi penerima dana hibah peliputan bagi jurnalis adat dan kelompok minoritas di Asia-Pasifik.
Ini merupakan dukungan kedua yang diperoleh Floresa tahun ini dari hibah yang diberikan oleh Earth Journalism Network [EJN], jaringan jurnalis lingkungan hidup global.
EJN merupakan salah satu program dari Internews, lembaga nirlaba yang berfokus pada penguatan jurnalisme sedunia.
Floresa menerima hibah melalui Rosis Adir, pemimpin redaksi yang menjadi koordinator penyusunan proposal dan peliputan, sekaligus penulis utama dalam laporannya nanti.
Dalam pengumuman pada 30 Agustus, EJN menyatakan sebanyak tujuh jurnalis lain dari Indonesia menerima hibah tersebut yang masing-masing akan menulis cerita yang akan terbit di lima media, yakni Barta1, Green Press Indonesia, Ekora NTT, Mongabay Indonesia dan Mentawai Kita.
Floresa dan Ekora NTT merupakan dua media lokal yang sama-sama berbasis di Flores, NTT. Dari Ekora NTT, penerima dana hibah ini diwakili oleh Irenius A. Sagur.
Penerima hibah lainnya untuk tema liputan ini berasal dari berbagai negara di Asia Pasifik, yakni Kepulauan Salomon, Filipina, Vietnam, Fiji, Malaysia, Pakistan, Nepal, Sri Langka dan India.
“Didukung mentor berpengalaman, para jurnalis ini akan menghasilkan laporan mendalam tentang bagaimana pengungsian akibat kenaikan permukaan laut dan banjir berdampak pada masyarakat adat di Fiji; bagaimana lumut dimakan dan dihargai oleh masyarakat adat di Nepal karena khasiat obatnya,” tulis EJN dalam pengumumannya.
Selain itu laporan para penerima hibah juga akan berfokus pada “ancaman pemanenan berlebihan dan kaitannya dengan perubahan iklim, upaya penyelamatan benih padi yang membantu menjamin ketahanan pangan di Sarawak, Malaysia dan bagaimana kearifan lokal berkontribusi pada upaya konservasi komodo di Riung, Indonesia.”
Yang terakhir disebutkan EJN merupakan fokus peliputan Floresa untuk dana hibah ini.
Amy Sim, Manager Program Regional Asia untuk Lingkungan Hidup Internews mengatakan “kita cenderung hanya mendengar suara masyarakat adat dan etnis minoritas di media ketika mereka memprotes konflik lahan dan pembangunan yang eksploitatif.”
“Padahal, masih banyak cerita lain yang dapat dikisahkan,” katanya.
Ia menambahkan kisah-kisah yang tak banyak diketahui masyarakat luas itu, di antaranya adalah “pengetahuan lokal tentang hidup berdampingan dengan alam, cara hidup dan budaya yang terancam perubahan iklim dan degradasi lingkungan, serta apa yang mereka lakukan untuk menjaga tanah dan identitas. Kisah-kisah para jurnalis itu akan membantu mengisi kesenjangan tersebut.”
Liputan Foresa rencananya akan ditayangkan juga oleh Project Multatulia. Sebelumnya, media berbasis di Jakarta itu telah terlibat dalam liputan kolaborasi lainnya dengan Floresa.
Pada Juni, Floresa juga mendapat dukungan hibah liputan dari EJN untuk topik terkait terkait dampak perusakan hutan, yang dibarengi dengan perubahan iklim, berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di pedalaman Pulau Flores.