Ruteng, Floresa.co – Selama dua puluh tahun usai menikah, gubuk kecil, beratapkan bilahan bambu dan dinding yang juga terbuat dari anyaman bambu menjadi tempat teduh malam dan siang hari bagi keluarga Titus Tambu (60).
Gubuk itu berukuran kurang lebih 4 kali 5 meter, beralaskan tanah, dengan perabotan seadanya.
Di situlah, mereka bernaung, sembari mencari nafkah demi keberlangsungan hidup.
Walau tidak mengenal sekolah karena ketiadaan biaya, namun sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, Titus tetap berjuang menafkahi istri dan anak-anaknya.
Titus adalah warga Kampung Gumbang, Desa Riung, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di balik “Manuk Kepok dan Tuak Kepok” di tangan kanan dan kiri, Titus menyimpan sejuta harapan kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk membantu mengubah gubuknya menjadi sebuah rumah yang layak huni.
Saat berbincang-bincang dengan Floresa.co di kantor bupati Manggarai, Sabtu (11/7/2015), ayah tiga anak ini mengaku, ia datang menemui Bupati Christian Rotok sebagai pilihan terakhir untuk meminta bantuan dan belas kasihan.
“Mangan ata tombon, damang ocok one mbaru de bupati, cala momang liha kut pande cewo dami (Ada yang bilang, coba masuk kantor bupati, mungkin dia kasihan untuk bantu buat rumah kami),’’ ujar Titus dengan menggunakan bahasa daerah Manggarai.
Ia menceritakan, selama ini, keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan, selain beras miskin (Raskin).
“Memang manga ata ngo foto mbaru daku selama ho kut tiba bantuan, tapi sampai leso ho toe ma pernah tiba. Bo ata iwo one desa dami dapat bantuan rumah (Memang selama ini ada yang datang foto rumah saya, katanya untuk terima bantuan. Tetapi sampai sekarang tidak pernah terima. Kalau warga lain sudah dapat bantuan rumah),” kata Titus.
Selain tinggal di rumah yang tidak layak huni, Tinus mengakui, 3 orang anaknya hanya tamat Sekolah Dasar (SD), lantaran tak punya biaya.
Selama ini, kata dia, keluarganya dinafkahi dengan hasil padi, kemiri, dan jambu mente dari tiga lahan miliknya.
Penghasilan itu pun, demikian Titus, belum cukup untuk menopang keluarganya.
Karena itu, suami Yustina Nit (55) itu, mengambil pilihan untuk menjadi buruh tani di kebun warga lain dengan upah Rp 20 ribu per hari.
“Kadang anak daku, agu wina daku cama-cama ngo harian one uma data (Kadang-kadang, anak saya, dan istri saya bersama-sama menjadi buruh tani dengan kebun orang),” aku Titus.
Pantauan Floresa.co, di kantor bupati Manggarai ia masuk ke ruangan Wakil Bupati Kamelus Deno.
Di ruangan Deno, ia meminta bantuan pemerintah lewat kepok (ucapan simbolis secara adat Manggarai) dengan menggunakan seekor ayam dan satu cirigen tuak Manggarai.
Ia menyerahkan semua permintaannya kepada Deno.
Dalam kesempatan tersebut, Deno yang didampingi Yos Ardis, Kabag Sosial Setda Manggarai dan Manseltus Mitak, Sekretaris Daerah mengatakan, pemerintah siap membantu Titus.
“Nanti ditulis saja namanya dulu. Ke depan kita akan bantu,” kata Deno sembari menyuruh Kabag sosial mencatat nama Titus. (Ardy Abba/ARL/Floresa.co)