‘Cukup Harga Dirimu sebagai Peneliti Itu yang Dijual! Hidup Kami, Jangan!’ Kritik Warga Poco Leok untuk Ferdy Hasiman

Pernyataan Ferdy yang memuji keberanian Pemda mengumumkan Penetapan Lokasi Tahap II untuk proyek geotermal Poco Leok dinilai mengabaikan hak-hak warga terdampak

Floresa.co – Warga Poco Leok, Kabupaten Manggarai mengkritik peneliti Ferdy Hasiman terkait pernyataannya yang mendukung proyek geotermal, mengingatkannya untuk tidak “menjual” kehidupan mereka.

Dalam pernyataan yang dipublikasi di Pocoleokmelawan.web.id pada 9 Januari, warga menyoroti pernyataan Ferdy yang mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Manggarai menerbitkan SK Penetapan Lokasi tahap II proyek geotermal Poco Leok.

“Kami menyayangkan bahwa dalam pernyataan itu Ferdy Hasiman hanya memuji-muji SK Penetapan Lokasi itu, namun tidak bertanya seperti apa proses penetapan lokasi itu, apakah melibatkan kami sebagai warga atau tidak,” kata warga.

“Dengan memuji-muji langkah pemerintah yang diambil tanpa memperhatikan aspirasi kami, kami menganggap Ferdy Hasiman sedang menjual dirinya sebagai peneliti untuk mendukung proyek ini,” tambah mereka.

Mereka menduga, pernyataan Ferdy, peneliti pada Alpha Research Database Indonesia itu hanya dipakai untuk mendukung proyek.

“Kami perlu menegaskan bahwa cukup harga dirimu sebagai peneliti yang dijual, jangan hidup kami,” kata warga.

“Kami menentang proyek ini karena menyangkut hidup kami dan masa depan anak cucu kami.”

Pernyataan Ferdy dirilis sejumlah media yang diduga bekerja sama dengan PT PLN, pengelola proyek geotermal tersebut, pada 4 Januari.

Ferdy menyatakan, penerbitan SK itu “sangat berani di tengah masih adanya penolakan dari beberapa elemen masyarakat.”

“Jika Pemda tak berani mengambil kebijakan, tentu yang dikorbankan masa depan kelistrikan di Manggarai Raya dan daratan Flores yang terlalu bergantung penuh pada Bahan Bakar Minyak dan batubara dari luar Flores,” klaim Ferdy. 

“Maka harus ada kesadaran bersama dari berbagai elemen masyarakat di Manggarai Raya bahwa pengembangan geotermal Poco Leok adalah untuk menyelamatkan APBN dan menyelamatkan energi nasional ke depan,” jelasnya.

Ia juga menyatakan, “warga dan elemen masyarakat sipil yang protes juga harus didengar dan bila perlu diundang untuk duduk bersama Pemda dan PLN untuk menyusun strategi pembangunan di Poco Leok, ketika proses pembangunan berjalan dan setelah pengembangan PLTP beroperasi komersial.”

Proyek geotermal Poco Leok, bagian dari proyek strategis nasional di Flores dikerjakan oleh PT PLN dan didanai oleh Bank Pembangunan Jerman, KfW.

Proyek ini merupakan perluasan dari PLTP Ulumbu, dengan target meningkatkan kapasitas 2×20 Megawattt.

Warga menyatakan, mereka sebetulnya berharap, Ferdy Hasiman sebagai warga kelahiran Kampung Waling, Kabupaten Manggarai Timur punya rasa solidaritas terhadap perjuangan kami yang sedang menjaga kampung halaman. 

“Ferdy Hasiman seharusnya tidak begitu saja menggadaikan masa depan kami warga Poco Leok,” kata mereka.

‘Adat dan Budaya Tidak Punya Kalkulasi Untung-Rugi’

Agustinus Tuju, warga adat Poco Leok dari Gendang Nderu menyebut “pembangunan geotermal di Poco Leok telah melukai ribuan manusia Poco Leok yang menuntut hak hidupnya dengan menyuarakan penolakan.”

“Itu adalah bentuk pengabaian negara yang semestinya memiliki kuasa demi memenuhi hak-hak warga negaranya,” katanya. 

Ia memberi catatan pada pernyataan Ferdy yang menyebut proyek itu demi menyelamatkan APBN. 

Ferdy, katanya, tidak pernah memperhitungkan kehidupan masyarakat di wilayah itu, kehidupan sosialnya, kehidupan adat dan budayanya, lingkungannya, tetapi ia hanya memperhitungkan bagaimana keuntungan dan kerugian negara.”

“Apakah masyarakat yang ada di sini bukanlah warga negara hingga mereka dikorbankan?” kata Agustinus.

Dia menegaskan, adat dan budaya secara turun temurun tidak pernah melihat bagaimana keuntungan ataupun kerugian. 

“Adat dan budaya tidak punya kalkulasi perhitungan untung-rugi seperti bisnis,” katanya.

Terkait penetapan lokasi, Agustinus Tuju menerangkan bahwa sejak awal izin lokasi proyek ini telah diteken oleh Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit melalui SK Nomor HK/417/2022 tentang Penetapan Lokasi Perluasan PLTP Unit 5-6 di Poco Leok, tidak ada keterlibatan warga untuk duduk bersama. 

Ia juga menyoroti SK Nomor 366 Tahun 2024 tentang Penetapan Lokasi Tahap II PLTP Ulumbu Unit 5-6  yang dikeluarkan Nabit pada 12 September, yang juga tanpa konsultasi dengan warga adat. 

“Apakah masuk akal ketika ada penetapan lokasi, kami tidak diundang oleh bupati Nabit? Lalu Ferdy Hasiman memuji SK itu, sedangkan warga tidak diundang sama sekali,” katanya.

“Penetapan lokasi ini sudah cacat sejak awal. Untuk apa duduk bersama, jangan sampai duduk bersama hanya sosialisasi tanpa melalui konsultasi meminta persetujuan masyarakat, lalu aspirasi masyarakat tidak dihargai.”

Argumen Ferdy Berubah-ubah

Mayo Dintal, pemuda asal Lungar, Poco Leok menduga, “Ferdy dibayar mahal oleh PLN untuk menyebarkan pernyataan-pernyataan dukungan proyek geotermal.” 

Hal itu, kata Mayo dibaca dari pengalaman ketika Ferdy berkunjung ke Poco Leok sebagai calon DPD RI pada 2022.

Yustina Nehes dan Elisabeth Lahus, Perempuan Adat Poco Leok berkata kala itu Ferdy menyatakan dukungan terhadap perjuangan warga terhadap proyek geotermal.

“Ferdy Hasiman pernah mengatakan kalau saya masuk DPD RI, saya usahakan untuk menolak geotermal dari pusat,” kata Elisabeth.

Ia menilai Ferdy yang kini mendukung proyek tersebut tidak konsisten dan berbohong kepada sejumlah warga, kendati dia adalah akademisi yang mengemban identitas sebagai aktivis lingkungan. 

“Dia datang duduk dan kopi sudah disiapkan, terus dia berkata ‘Bapa-Mama, saya ini darah Poco Leok juga karena calon istri saya ada darah Poco Leoknya. Keluarganya Pak Guru Lorens. Tolong kalian pilih saya nanti karena saya salah satu calon DPD RI, karena saya juga adalah keturunan Poco Leok.”

“Dia menyampaikan seperti itu mungkin sebagai cara agar masyarakat percaya kepada dia sebagai calon DPD RI, dan itu adalah cara-cara politisi yang hanya ingin memanfaatkan situasi untuk kepentingan politiknya,” kata Tadeus Sukardin, warga lainnya.

Tadeus Sukardin berkata Ferdy adalah salah satu penghianat, yang tidak konsisten atas sikap dan hanya memanfaatkan masyarakat demi kepentingan pribadinya dalam urusan politik.

“Itulah orang yang bisa dikatakan pengkhianat, karena menipu suara hati sendiri sebenarnya. Orang seperti ini tidak layak menjadi wakil rakyat, karena dia pengkhianat, tidak bisa dipercaya,” imbuhnya.

Sementara itu, Agustinus Sukarno, pemuda lainnya dari Poco Leok menyoroti argumen Ferdy yang berubah-ubah dalam berbagai pernyataannya mendukung proyek tersebut.

“Sebelumnya dia gembar-gemborkan alasan geotermal sebagai energi bersih, tapi yang terbaru alasan dia adalah karena harga BBM semakin mahal dan karena Flores jauh dari lokasi ladang minyak,” kata Sukarno.

Alih-alih bertahan pada argumentasi terkait “energi bersih, yang sebenarnya kotor itu”, kata Sukarno, “Ferdy malahan melompat ke alasan biaya yang mahal untuk mengangkut minyak ke Flores.”

Floresa menghubungi Ferdy pada 10 Januari, tetapi dia tak merespons pesan yang dikirim ke Whatsappnya.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA