Erupsi Berkepanjangan Lewotobi Laki-laki Membuat Ekonomi Lumpuh; Penyintas Minta Pemerintah Bantu Biaya Pendidikan dan Siapkan Lapangan Kerja

Penyintas juga kesulitan membayar cicilan di bank dan koperasi

Floresa.co – Penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur berharap pemerintah memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.

Permintaan itu mereka sampaikan lantaran mereka tak punya jalan lain, selain berharap pada bantuan dari pemerintah di tengah belum berakhirnya letusan gunung yang terletak di Kecamatan Wulanggitang itu.

Gunung Lewotobi Laki-laki meletus awal November 2024. Sejak saat itu, warga terdampak mengungsi di pos pengungsi. Selain itu, letusan gunung juga menyebabkan kerusakan tanaman pertanian, sebagai sumber penghasilan warga.

“Komoditi kami, seperti kakao, kemiri dan kelapa itu kami tidak harap lagi bapak,” kata Bernadus Boleng kepada Johanis Asadoma, saat Wakil Gubernur NTT itu berkunjung ke Posko Bokang Wolomatang pada 15 Juli bersama dengan Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Boli Uran. 

“Selain itu bapak, hasil lain seperti alpukat dan rambutan juga rusak semua,” tambahnya. 

Kerusakan komoditas pertanian tersebut membuat para penyintas kehilangan sumber penghasilan.

Akibatnya, kata Bernadus, mereka kesulitan membiayai pendidikan anak-anak mereka.

“Jangankan perguruan tinggi, biaya pendidikan anak TK, SD, SMP dan SMA pun sangat kesulitan,” ujarnya.

Bernadus Waleng, penyintas asal Desa Hokeng Jaya di Pokso Bokang. (Dokumentasi Floresa)

Bernadus Waleng, penyintas lainnya dari Desa Hokeng Jaya menimpali: “apa yang disampaikan bapak Bernadus itu betul, ekonomi kami lumpuh.”

“Kami kesulitan untuk membiayai pendidikan anak, terlebih yang mau masuk kuliah,” tambah Bernadus Waleng.

Untuk “membiayai pendidikan dari TK hingga SMA,” kata Bernadus Waleng “mungkin masih bisa diupayakan.”

Tetapi, “biaya pendidikan di perguruan tinggi harus ditanggung pemerintah.”

Kesulitan Membayar Angsuran Pinjaman

Selain kesulitan membiayai pendidikan anak, penyintas juga kesulitan membayar angsuran pinjaman pada bank dan koperasi.

Yosep Uran, pengungsi asal Desa Hokeng Jaya di Pokso Bokang Wolomatang berkata, sebagian besar dari penyintas dililit hutang bank dan koperasi, seperti di Bank Rakyat Indonesia, Bank NTT, koperasi Obor Mas dan Credit Union Sinar Saron.

“Kami waktu masih awal-awal pindah ke sini sempat dapat informasi dari pihak bank bahwa akan datang bertemu untuk mencari jalan keluar,” katanya.

Namun, lanjut Yosep, hingga kini, bank belum merealisasikan janji itu.

Karena itu, ia berharap pemerintah memfasilitasi komunikasi dengan bank dan koperasi untuk mendapatkan jalan keluar. 

“Kondisi sekarang ini rumah dan lahan pertanian sudah rusak, kami tidak berpikir cicilan lagi,” katanya.

Yosep Uran, warga Desa Hokeng Jaya yang menghuni Posko Bokang. (Dokumentasi Floresa).

Petrus Kwuta, warga Desa Hokeng Jaya di Pokso Bokang menyampaikan terima kasih kepada pemerintah karena telah memperhatikan mereka sejauh ini. 

“Namun, kami merasa bahwa perlu adanya pemulihan ekonomi. Kami sendiri belum tahu jalan apa yang harus kami lalui,” tambahnya. 

Petrus berharap pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan.

Menurutnya, dengan adanya lapangan kerja, maka masalah-masalah yang muncul karena keterbatasan ekonomi bisa diatasi.

Janji Wakil Gubernur 

Merespons aspirasi penyintas terkait pendidikan, Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma berjanji pemerintah akan memberikan perhatian.

“Sekolah kita perhatikan. Karena itu data penting, berapa banyak yang masuk ke perguruan tinggi tahun ajaran ini,” katanya. 

“Mungkin juga kita tidak bantu semua, kita lihat berapa banyak di sini, tapi kita pasti akan berikan bantuan,” tambahnya.

Untuk penyediaan lapangan kerja, kata dia, perlu koordinasi lintas sektor untuk melihat apa saja program pemerintah yang bisa dijalankan di Kabupaten Flores Timur.

Dengan demikian, “bapak-mama sekalian yang kehilangan pekerjaan, bisa mendapatkannya.” 

Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma (Sedang berdiri) saat mengunjungi penyintas eupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Posko Konga pada 15 Juli 2025. (Dokumentasi Floresa)

Asadoma juga berjanji akan mendiskusikan aspirasi penyintas bersama dengan unsur pemerintah provinsi lainnya. 

Jika provinsi tidak mampu, “maka diteruskan ke pemerintah pusat.” 

“Pasti pemerintah akan bantu bapak-mama sekalian,” kata Asadoma.

Sementara masalah hutang, ia berkata, bank memiliki aturan sendiri yang tidak bisa diintervensi.

“Kalau Bank NTT, mungkin kita bisa fasilitasi untuk mencari jalan terbaik,” katanya. 

“Tetapi, yang pasti saya tidak mau kasih kata-kata yang menyenangkan, karena kewajiban (kepada kreditur) itu tetap ada, tetapi dengan sistem yang lebih ringan,” tambahnya.

Wakil Bupati Flores Timur, Ignasius Boli Uran saat menyampaikan komitmen pemerintah daerah untuk membantu biaya pendidikan anak-anak penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. (Dokumentasi Floresa)

Sementara, Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Boli Uran berkata, ia telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk bisa memberikan bantuan.

“Keuangan daerah terbatas sehingga perhatian tidak untuk semua jenjang pendidikan,” kata Ignas.

“Namun, perguruan tinggi tetap dibantu,” tambahnya.

Ignas berkata, jumlah mahasiswa keluarga penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sebanyak 225 orang, belum termasuk mahasiswa baru.

Ia menjanjikan, setiap mahasiswa mendapatkan bantuan Rp1 juta.

Editor: Petrus Dabu

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA