Labuan Bajo, Floresa.co – Kondisi bangunan sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Komodo di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat – Flores yang baru dibangun dari anggaran tahun 2015 lalu, dari dana APBN, sudah mulai retak dan tak terawat.
Oman, selaku kontraktor yang mengerjakan proyek bangunan gedung SLBN tersebut mengaku tidak ingat persis dana yang ia terima atas jasanya membangun proyek tersebut.
Menurutnya,selaku penyedia jasa (tukang), dirinya diminta Komite untuk mengerjakan bangunan tersebut.
”Saya tidak hafal nilai yang saya terima. Banyak yang potong. Saya juga tidak mengerti. Maunya tanya Ketua Komite,”ujarnya kepada Floresa.co, Rabu 25 Mei 2016.
Meski mengaku tidak hafal nilai proyeknya, ia kemudian mengungkapkan angka tertentu yang juga tidak pasti.
BACA JUGA: Baru Dikerjakan, Bangunan SLBN Komodo Mulai Retak
“Kalau tidak salah 1 miliar, 600 berapa begitu (Rp 1,6 miliar -red).Tetapi yang saya terima mungkin Rp 1,4 miliar lebih,”ujar Oman yang juga Direktur CV Wae Loseng itu.
Menurut Oman,dirinya menerima tawaran mengerjakan bangunan itu setelah banyak orang yang tidak mau mengerjakan karena alasan waktu.
”Kita kerja mepet. Hanya diberi waktu tiga bulan. Pas 31 Desember serah terima,”ungkapnya.
Meski sudah dilakukan PHO (serah terima proyek), Oman mengaku pihaknya tetap mengerjakan bagian-bagian bangunan yang sudah mulai retak.
”Proyek swakelola,tidak melalui tender. Sekarang kita sedang memperbaiki yang retak,”ujarnya.
Ketua Komite Proyek SLBN Komodo yang juga Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas PPO Manggarai Barat, Stefanus Syukur mengaku total anggaran proyek tersebut kurang lebih Rp 2,1 miliar dari APBN.
“Lebih kurang 2,1 miliar. Dari angka tersebut mungkin 3 persen untuk panitia pengelolaan dan administrasi,”ujar Stefanus.
Menurut Stefanus, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut merupakan pihak dari pemerintan pusat. Dinas PPO Manggarai Barat hanya membentuk komite untuk mengelola proyek tersebut. ”Saya sendiri selaku ketua komite,”ujanrya.
Proyek ini, menurutnya adalah proyek swakelola. Komite yang menentukan rekanan.
”Hasil rapat komite, kita tentukan yang mengerjakan proyek itu adalah CV Wae Loseng. Dan menjadi tanggung jawab dia untuk memperbaiki yang masih rusak. Masa pemeliharaannya lebih kurang 3 bulan, sementara PHO baru dilakukan bulan Maret 2016,”tandasnya.
Kepala Dinas PPO Mabar, Marten Magol mengaku dirinya baru saja mengajukan proposal ke pemerintah pusat untuk pengadaan meja belajar dan pembangunan pagar.
”Proyeknya sudah selesai seratus persen. Sekarang mau anggaran pagar dan meja belajar. Kenapa mesti liat yang retak ya? Yang pasti akan diperbaki karena masih masa pemeliharaan,”ujar Marten. (Ferdinand Ambo/Floresa)