Pemerintah Dorong Warga Giat Kampanyekan Kemandirian Pangan yang Bermula di Pekarangan Sendiri

Program Makan Bergizi Gratis yang dijanjikan Presiden Prabowo Subianto menargetkan peningkatan konsumsi pangan lokal

Floresa.co – Guna memperkuat kemandirian pangan sekaligus memenuhi kebutuhan gizi keluarga, pemerintah mengajak warga memaksimalkan pemanfaatan lahan di pekarangan masing-masing.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian [Kementan], Yudi Sastro berkata, pemerintah telah meluncurkan Gerakan Pangan Merah Putih [GPMP] yang berfokus pada penanaman sayuran, umbi-umbian, serta pemeliharaan sumber protein hewani di pekarangan.

Program ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi keluarga, tetapi juga mengurangi beban pengeluaran rumah tangga serta ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar daerah.

Selain itu, upaya kemandirian pangan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi pangan lokal.

Guna memaksimalkan program tersebut, pemerintah menargetkan setiap desa di Indonesia memiliki “Dapur Bergizi”, program penyediaan bahan makan bergizi gratis bagi masyarakat sekitar.

“Dengan memanfaatkan lahan pekarangan, masyarakat diharapkan bisa menanam sayuran dan buah-buahan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi secara mandiri,” ujar Yudi dalam “Dialog Forum Merdeka Barat 9 [FMB9] dengan teman ‘Makan Bergizi Gratis, Pasokan Pangan Cukupkah?” pada 11 November.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional [Bapanas], Nita Yulianis menjelaskan, program Makan Bergizi Gratis yang dimulai secara bertahap pada Januari 2025 merupakan bagian dari solusi mengatasi kerawanan gizi, terutama di wilayah yang memiliki indeks ketahanan pangan rendah.

Program ini tidak hanya mengutamakan pemenuhan asupan gizi seimbang, tetapi juga mendorong peningkatan konsumsi pangan lokal, seperti ubi, sagu, dan ikan lokal, sesuai dengan potensi daerah masing-masing.

“Kearifan lokal perlu dioptimalkan agar setiap daerah bisa mengembangkan pangan unggulan yang sesuai, sehingga tidak tergantung pada bahan pangan yang didatangkan dari luar wilayah,” katanya.

Indonesia memiliki potensi pangan lokal beragam, yang tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat, jelasnya.

Oleh karena itu, kata Nita, penting bagi masyarakat memiliki kesadaran akan keberagaman pangan lokal melalui kampanye Gerakan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman [B2SA].

“Dari anak-anak hingga dewasa, kami dorong untuk mencintai pangan lokal. Indonesia kaya akan sumber pangan, bukan hanya beras, tetapi juga umbi-umbian dan sagu sebagai alternatif karbohidrat,” tambahnya.

Selain mendorong kemandirian pangan, untuk menjaga ketahanan pangan, Bapanas mengajak masyarakat untuk mengurangi pemborosan pangan melalui gerakan “Stop Boros Pangan”.

Menurutnya, sekitar 10 juta ton pangan terbuang sia-sia setiap tahun, yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 

Melalui kampanye “Stop Boros Pangan,” pemerintah mendorong masyarakat lebih bijak dalam mengelola dan mengonsumsi sumber pangan.

Editor: Petrus Dabu

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA