Starbucks

Baca Juga

Sebuah peluru melejut keluar dan menembus bahu kanan pak joko.

Berdasarkan skema, Arif akan menembakan sebuah peluru lagi tepat di jantung pak Joko, sebelum kemudian aku akan meledakan bom yang akan menghabisi kami bertiga.

Arif memberi aba-aba, menyuruh aku menuntaskan bagianku.

Saat kami hampir tiba.

Janji bapak pembaharuan kini kembali bergulir di kepalaku. Aku hanya perlu melakukan pembunuhan suci ini. Aku beranjak berdiri, tangan kiriku bergerak meraih tas berisi bom peledak skala kecil namun ampuh menghancurkan kami bertiga.

Aku membayangkan jiwaku melayang-layang menuju dunia baru yang menjanjikan kebahagiaan purna setelah ledakan itu.

Aku baru beranjak beberapa langkah ketika bunyi peluru kembali menyalak.

Belum waktunya Arif menembak.

Peluru itu tidak berasal dari revolver yang dipegang Arif. Justru raga Arif yang telah roboh oleh sebuah peluru. Arif pun jatuh bersimbah darah di samping pak Joko yang berdiri ketakutan. Aku berusaha menenangkan diri di tengah situasi mencekam tak terbayangklan.

Aku harus lebih tangkas sebelum peluru lain merobohkan aku.

Aku perlu bergerak lebih tangkas sekaligus tenang sekarang. Mengeluarkan isi tasku dan menuntaskan misi yang sedikit terganggu.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini