Paus Fransiskus: Kematian 71 Migran dalam Truk di Austria Sakiti Umat Manusia

Paus Fransiskus
Paus Fransiskus

Floresa.co- Paus Fransiskus menilai kematian 71 imigran, empat di antaranya adalah anak-anak, yang ditemukan di sebuah truk pekan lalu di jalan utama antara Hungaria dan Austria merupakan sebuah insiden yang menyakiti seluruh umat manusia.

Seperti dilansir VOA, Paus menyerukan kepada seluruh umat untuk berdoa dan bekerja sama secara efektif dalam membantu para imigran yang melarikan diri dari konflik dan perang di negara asal mereka menuju Eropa. PBB mengestimasi setidaknya 3.000 imigran akan pergi ke Eropa dengan menyeberang ke Makedonia setiap harinya.

Pihak berwenang di Hungaria telah menangkap tersangka kelima, warga Bulgaria, atas dugaan perdagangan manusia sehubungan kematian ke 71 migran itu. Tiga warga Bulgaria lain dan seorang warga Afghanistan sudah ditangkap.

Polisi Austria juga mengatakan perkiraan awal mereka tentang jumlah yang tewas terlalu rendah. Pada hari Kamis (27/8/2015) mereka mengumumkan bahwa 20 sampai 50 mayat migran telah ditemukan, namun pada hari Jumat jumlah itu dinaikkan menjadi 71. Para korban yang terdiri dari 59 pria, delapan wanita, dan empat anak-anak, diyakini mati lemas dalam truk yang berpendingin itu.

Kepala polisi provinsi Burgenland Austria, di mana mayat itu ditemukan, mengatakan dokumen perjalanan Suriah ditemukan di antara mayat-mayat itu, menunjukkan bahwa setidaknya beberapa korban melarikan diri dari perang saudara di Suriah.

Sekjen PBB Berduka

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan ia “merasa negeri dan sangat sedih” mendengar bahwa jasad 71 migran ditemukan dalam sebuah truk di jalan raya Austria ini.

Banyak dari korban adalah warga Suriah, termasuk anak-anak, yang berusaha menghindarkan perang, terorisme dan ketiadaan harapan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di Eropa.

“Perang Suriah baru saja ditunjukkan di pinggir jalan di tengah Eropa,” kata Ban.

Ban mengutuk pedagang manusia dan penyelundup manusia yang sering meninggalkan migran di laut, membiarkan mereka tenggelam. Ia menyebut Laut Tengah “perangkap maut.”(Armand Suparman/ARS/Floresa)

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA