Wae Lengga, Floresa.co – Murid di Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMP) Wae Mokel, di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-86 dengan menggelar lomba pidato.
Robertus Wahab, Kepala Sekolah SMK Wae Mokel mengatakan, pada tahun 1928 silam, para pemuda berjuang ditengah-tengah himpitan kaum penjajah.
Bahkan, kata dia, ikrar sumpah pemuda itu dilaksanakan dalam masa penjajahan oleh kaum penjajah. Namun, lanjutnya, pemuda Indonesia berani mengikrarkan kekuatan dan persatuan sebagai satu Bangsa.
“Lomba pidato ini untuk membangkitkan semangat belajar para murid agar mereka mampu menuangkan pemikiran dengan persaingan yang sehat. Pelajar dilatih untuk tampil di muka umum dengan kemampuan yang dimilikinya,” jelasnya.
Yohanes Paskalis Jai, salah satu siswa dalam pidatonya menegaskan, pelajar Indonesia harus mampu menghindari minuman keras, penggunaan narkoba dan tawuran bebas serta hal-hal yang negatif.
Ia mengajak generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah untuk mengisi waktu dan menggunakan pikiran ke hal-hal yang positif.
“Saya ajak kita semua harus kreatif dengan kemampuan kita masing-masing dalam mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia,” ungkap Yohanes.
Peserta lainnya, Yohana Defriana, menekankan bahwa generasi muda adalah faktor penentu pembangunan Indonesia.
Bangsa Indonesia, jelas dia, bisa maju apabila generasi muda memiliki sumber daya manusia yang handal, yang dibentuk melalui pendidikan, baik di lembaga formal maupun non formal.
“Kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang membangun bangsa ke depan harus giat-giat belajar. Kita adalah generasi pemimpin Bangsa Indonesia di masa depan. Kita menyiapkan generasi yang kreatif, cerdas dan bermartabat,” jelasnya.
Sementara itu, peserta lain, Diana Kasman mengajak kaum muda untuk bangkit, mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia dengan melakukan hal-hal yang positif.
“Pemuda angkatan 1928 dulu sudah berjuang sekuat tenaga untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan. Sekarang kita mengisi kemerdekaan dengan tekun belajar dan menjadi pelajar yang kreatif dan cerdas,” jelasnya.
Evlin, peserta lain menegaskan, generasi muda adalah pengontrol sosial, agen perubahan dan penjaga moral.
“Bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa hebat apabila generasi mudanya mampu berubah dengan keterampilan dan jati diri sebagai warga Indonesia,” jelasnya.