Menabur “Virus Ahok” di NTT

Baca Juga

Namun, apa lacur, hingga berjalan periode kedua pemerintahan Leburaya – Foenay, stigma 4K masih setia melekat dan disandang provinsi NTT. Mengikuti alur pikir Amartya Sen, apa yang salah dengan demokrasi di NTT?  Kenapa demokrasi tidak bisa mengubah  nasib rakyat NTT menjadi lebih baik, seperti yang diharapkan almarhum Pascal? Justru di titik inilah perjumpaan Pascal dan Ansy kembali terajut. Ansy, teman diskusi dan rekan seperjuangan Pascal, merasa terpanggil untuk mewujudkan harapan Pascal menghapus stigma 4K dari Bumi Flobamora.

Apa yang mendorong Ansy Lema memilih kembali ke NTT, khususnya Kota Kupang? Bukankah Ansy sudah meniti dan menata karier di ibu kota mulai dari menjadi dosen, presenter TV, narasumber di berbagai diskusi dan seminar, hingga menjadi pengamat politik? Bukankah setiap pekan Ansy hadir menghiasi layar kaca sejumlah televisi nasional sebagai narasumber yang kritis, tajam, dan artikulatif. Bukankah sebagai pengamat politik Ansy sudah berada di puncak tangga, seperti yang diimpikannya selama ini? Lalu, kenapa Ansy memilih kembali ke Kota Kupang?

“Saya ingin menularkan virus dan spririt Ahok di NTT,” tutur Ansy dalam sebuah obrolan dengan saya di Jakarta akhir tahun lalu. Menurut Ansy, Kota Kupang merupakan tempat yang paling cocok untuk menularkan virus dan membangun spirit Ahok di NTT. Karena masyarakat Kupang itu multietnis dan merupakan miniatur masyarakat NTT. Di Kota Kupang inilah spirit Ahok mulai disemai, sebelum nantinya disebarkan ke kabupaten lain di NTT.

Virus dan spririt Ahok – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama – yang ingin ditularkan Ansy ke NTT, yakni membangun pemerintahan yang baik dan bersih, transparan, kredibel, akuntabel, konstitusional, dan selalu berorientasi pada kepentingan umum, bonum commune.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini