Menabur “Virus Ahok” di NTT

Tak heran bila Ansy menjadikan Ahok sebagai model pemimpin yang ingin dicontoh dan diteladani. Di berbagai forum diskusi dan debat televisi di Jakarta, Ansy muncul sebagai pembela nomor wahid mantan Bupati Belitung Timur itu. “Saya tidak membela pribadi Ahok, tapi yang saya bela adalah nilai-nilai yang ditawarkan Ahok dalam membersihkan negeri ini, khusunya Ibu kota Jakarta dari praktik-praktik koruptif dan manipulatif,” begitu Ansy kerap berargumen ketika ia dituding sebagai orangnya Ahok.

Bagi saya, pilihan Ansy kembali ke Kota Kupang bak meniti ular tangga.  Sudah bersusah payah menapaki setiap anak tangga karier di Ibu kota, namun ketika sudah sampai di atas, meluncur lagi ke bawah lewat ekor ular menuju Kota Kupang. Untuk kemudian, ia bersusah payah lagi menapaki tangga baru menuju puncak harapan baru. Begitu seterusnya. Ansy sangat menyadari itu. Karena baginya, dalam permainan ular tangga juga ada asa, di samping petaka, tentunya. Permainan ular tangga justru mengajarkan kita agar senantiasa membangun optimisme dalam menapaki masa depan, sekaligus selalu waspada dalam setiap langkah agar tidak terperosok dalam lubang korupsi dan tindakan manipulatif lainnya. Dum spiro spero, selama saya bernapas saya berharap, itu sebuah spirit yang selalu menyemangati Ansy untuk memulai sesuatu yang baru.

Sebuah asa ingin menatap Kota Kupang dan NTT yang lebih baik yang ingin dicapai Ansy lewat keikutsertaannya dalam Pilkada Kota Kupang 2017 mendatang. Karena itu, Ansy rela meninggalkan kariernya yang terbilang mapan dan prospektif di Jakarta. Mantan aktvis PMKRI dan Ketua Senat FISIP Universitas Nasional Jakarta ini, tentu saja, sangat menyadari, virus dan spirit Ahok dapat bertumbuh subur di Bumi Flobamora masih tergantung pada bagaimana penerimaan masyarakat Kota Kupang terhadap kehadirannya.

Bila masyarakat Kota Kupang ingin maju, ide-ide perubahan yang ditawarkan Ansy lewat pembangunan pemerintahan yang bersih dan prorakyat layak menjadi perhatian serius. Karena hanya sapu bersih yang dapat menyingkirkan kotoran dan stigma 4K dari halaman rumah kita. Semoga.

Penulis adalah Jurnalis TV di Jakarta

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA