Peladang di Flores Timur Cemas Hujan yang Kian Jarang, Jagung dan Padi ‘Tidak Ada Harapan Bisa Dipanen’

Sempat menyulam kedua tanaman pangan itu, tetapi akhirnya sama saja: mengering dan gagal bertumbuh

Baca Juga

Floresa.co – Theresia Blure Rotan mengira gerimis akan menderas. Ia lantas berlari kecil menuju sebuah pondok di tepi ladangnya.

Ternyata perkiraannya meleset. Hujan berhenti ketika tanah belum juga kelihatan basah.

“Saya sempat senang tadi,” kata Theresia pada 8 Februari, “kalau hujan turun deras, padi dan jagung saya jadi tak kelamaan mengering.”

Ia mengingat hujan deras terakhir turun pada sepekan lalu. Setelah itu nyaris sepanjang hari cuaca terik, sebelum meredup menjelang petang.

Berjarak sekitar 500 meter dari Pantai Kokang, pesisir Wulanggitang di Flores Timur, lahannya seluas 25×50 meter sepenuhnya bergantung pada air hujan.

Ia dan sejumlah peladang lain di sekitarnya juga tak memiliki kolam penampung hujan, penyokong pengairan perladangan dalam musim yang tak menentu.

Peladang berusia 56 tahun itu menyemai benih padi dan jagung pada pertengahan November 2023. 

“Hitung-hitung hanya dua atau tiga kali hujan turun,” katanya, “bagaimana padi dan jagung saya bisa tumbuh baik?”

Ketika Floresa mengunjungi ladangnya, batang dan daun kedua tanaman pangan itu tampak mulai mengering. 

“Tidak sehat. Tidak ada harapan bisa dipanen,” kata perempuan asal Desa Ojan Detun, Wulanggitang tersebut.

Tahun lalu “kami bisa makan jagung muda pada bulan-bulan segini.” Kali ini “tak ada tanda-tanda bisa menikmati jagung muda.”

Kondisi lahan milik petani Desa Ojan Detun. Curah hujan yang rendah dan panas berkepanjangan menyebabkan tanaman padi dan jagung yang mulai mengering. (Maria Margaretha Holo/Floresa.co)

Memikirkan Kelaparan

Theresia dan sesama peladang lain sempat menyulam tanaman padi dan jagung yang mengering. 

“Ternyata sama saja,” kata Theresia, “bibit baru itu akhirnya mengering, bahkan ada yang sama sekali tak bertumbuh.”

Maha Rotan, peladang yang juga asal Ojan Detun, membenarkan pengalaman Theresia. 

Menanam padi dan jagung pada awal Desember, ia akhirnya mendapati nyaris semuanya mengering. 

Ia menyulam banyak di antaranya pada pertengahan Januari. “Banyak yang gagal,” kata lelaki 52 tahun itu.

Maha menganggap musim tanam kali ini “lebih buruk ketimbang tahun-tahun sebelumnya.”

Lima tahun sebelumnya “mulai memburuk, tapi kali ini lebih buruk lagi.”

Ia mengantisipasi gagal panen dengan menanam ubi kayu dan singkong di ladangnya dan sayur-mayur di pekarangan rumah.

Berbeda dengan padi dan jagung, “sayur-mayur masih bisa tumbuh subur, bisa dijual ke pasar.”

Maha dan Theresia mengaku mulai gamang memikirkan potensi gagal panen,

“Mungkin sekali membuat kami kelaparan,” kata Theresia, berharap “pemerintah dapat sediakan bantuan beras untuk kami.”

Beri Solusi, Harus Bagaimana?

Wilayah NTT telah diprediksi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] akan mengalaman kekeringan pada tahun ini.

Dalam Climate Outlook 2024, BMKG menyatakan, sebagian kecil NTT bersama sebagian kecil Banten dan sebagian kecil Papua Barat mengalami hujan tahunan di bawah normal.

“Meskipun hanya sebagian kecil wilayah Indonesia yang mengalami hujan tahunan di bawah normal, namun tetap harus diwaspadai wilayah yang akan mengalami kondisi hari tanpa hujan yang berkepanjangan,” menurut lembaga itu.

Ditemui Floresa di kebunnya, Yohanes Nani Ipir, Kepala Desa Ojan Detun mengakui hasil kebun warga terancam gagal panen “akibat curah hujan tidak stabil.”

“Tidak ada faktor lain, ini semata-mata karena cuaca,” katanya pada 8 Februari. 

Ia juga menanam padi dan jagung yang mulai rusak akibat terus-menerus mengering. 

Ia mengaku turut menugasi para ketua RT dan RW guna mendata setiap tanaman yang rusak.

Yohanes Nani Ipir (51), Kepala Desa Ojan Detun memperlihatkan kondisi kebunnya yang juga terancam gagal panen. (Maria Margaretha Holo/Floresa.co)

Hasil laporan mereka “akan diteruskan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Flores Timur.”

Ia berharap dinas terkait dapat “memberikan solusi, kami ini harus bagaimana?”

Sembari menanti gerakan dinas, ia mengimbau warga mulai menanam ubi kayu dan pisang.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini