Floresa.co – Pemerintah mengumumkan peningkatan status Gunung Anak Ranakah di Kabupaten Manggarai, wilayah Flores bagian barat dari level ‘normal’ ke ‘waspada’ setelah lebih dari satu bulan mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
Pengumuman peningkatan status ini disampaikan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM], Muhammad Wafid dalam sebuah surat kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur NTT dan Bupati Manggarai pada 3 Desember.
Ia menjelaskan, peningkatan status ke waspada terhitung mulai 3 Desember pukul 08.00 Wita.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG], lembaga yang berada di bawah Badan Geologi, mengonfirmasi kepada Floresa soal kebenaran isi surat itu.
Peningkatan status Gunung Anak Ranakah “sesuai surat” Badan Geologi, kata Kepala PVMBG Hadi Wijaya pada 4 Desember.
Dalam surat itu, Wafid menjelaskan hasil pengamatan visual dan instrumental gunung itu pada 1 November-2 Desember.
Menurut pengamatan visual, Anak Ranakah “terlihat jelas hingga tertutup kabut dan asap kawah tidak teramati.”
Sementara hasil pengamatan instrumental merekam 18 kali gempa berfrekuensi rendah atau low frequency, satu kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa vulkanik dalam, 57 kali gempa tektonik lokal dan 132 kali gempa tektonik jauh.
Dalam bagian evaluasi terhadap hasil pengamatan, ia menyatakan “tidak ada anomali asap dari kawah ataupun kubah utama.”
“Hasil pengamatan lapangan, teramati asap yang bersumber di bawah kubah di sisi barat laut dan barat daya. Aktivitas asap berwarna putih tipis dengan intensitas lemah,” katanya.
Selain itu, jelas Wafid, kegempaan masih didominasi oleh rekaman yang berkaitan dengan aktivitas tektonik, baik berupa gempa tektonik lokal maupun tektonik jauh dan menunjukkan peningkatan signifikan.
Kemunculan gempa low frequency, kata dia, mengindikasikan adanya resonansi aliran fluida [magma/gas/uap air] yang mengisi rongga, pipa atau rekahan di bawah gunung itu.
Sementara kemunculan gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam mengindikasikan adanya proses peretakan batuan karena ada suplai magmatik dangkal dan dalam yang mengubah tekanan pada tubuh gunung.
Perihal gempa vulkanik tersebut dikonfirmasi Andrik Kurnia Adi Pratama, pengamat dari pos pemantauan Gunung Anak Ranakah di Poka, Kecamatan Wae Ri’i yang dihubungi Floresa per telepon pada 4 Desember.
Imbauan untuk Warga
Waspada merupakan level II dari empat tingkat status aktivitas gunung api. Level III adalah ‘siaga,’ sementara level IV atau tertinggi adalah ‘awas.’
Pada level I atau ‘normal’, tidak terdapat perubahan aktivitas secara visual, seismik, dan kejadian vulkanik gunung api, sedangkan level ‘waspada’ menandai adanya peningkatan aktivitas tersebut.
Letusan utama biasanya terjadi pada level ‘siaga’, mengikuti peningkatan aktivitas vulkanik yang semakin tinggi.
Sementara saat level ‘awas’, kemungkinan gunung berapi akan meletus selambat-lambatnya dalam kurun waktu 24 jam.
Dalam suratnya, Wafid mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Anak Ranakah, termasuk para wisatawan dan pendaki, agar “tidak mendekati, memasuki, dan beraktivitas di dalam radius satu kilometer dari kawah aktif.”
Ia juga merekomendasikan agar pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Anak Ranakah atau PVMBG di Bandung, Jawa Barat.
“Tingkat aktivitas Gunung Anak Ranaka akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan,” katanya.
Ia menambahkan, “tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan.”
Sementara Andrik Kurnia dari Pos Pemantauan Gunung Anak Ranakah berkata, “intinya masyarakat tetap tenang, jangan termakan berita-berita hoaks.”
“Jangan panik dulu, tunggu informasi yang resmi dari Badan Geologi saja, takutnya nanti dapat informasi hoaks dari sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” katanya.
Ia meminta warga dan media menanyakan informasi resmi kepada pihak pos pemantauan tersebut.
Ia juga mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, “untuk memberikan rekomendasi kepada warga yang ada di sekitar gunung.”
Saat statusnya masih normal, kata Andrik, “kawasan rawan bencananya ada di radius satu hingga tiga kilometer.”
“Untuk yang sekarang, radiusnya dinaikkan sampai lima kilometer,” katanya.
Erupsi Tiga Dekade Lalu
Gunung Anak Ranakah memiliki ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut.
Berbentuk kerucut, gunung ini dikenal sebagai gunung api termuda di Indonesia.
Pembentukannya terjadi pada 1987-1988, pasca erupsi di Pegunungan Mandosawu-Ranakah yang sebelumnya diketahui sebagai kompleks gunung api yang sudah tidak aktif.
Dalam sebuah laporan riset Deden Wahyudin dari Badan Geologi pada 2012, dijelaskan bahwa berdasarkan batuan penyusun Kompleks Gunung Mandosawu-Ranakah dan pola erupsi pada 1987-1988, karakter, tipe, dan skala erupsi, berikut pola penyebaran produk erupsinya di masa mendatang, tidak akan jauh berbeda dengan erupsi sebelumnya, “kecuali ada perubahan yang sangat drastis.”
“Dengan memperhatikan jenis, volume, dan jarak/pelamparan produk erupsi di masa lalu, erupsi Gunung Anak Ranakah dapat diklasifikasikan ke dalam erupsi eksplosif dan efusif bertipe Stromboli-Vulkano berskala kecil sampai menengah,” jelasnya.
Ia menjabarkan bahwa potensi bahaya primer erupsi Gunung Anak Ranakah terdiri atas aliran piroklastika [awan panas], jatuhan piroklastika [lontaran batu dan abu vulkanik], gas beracun dan aliran lava.
“Sementara jenis bahaya sekunder adalah guguran batuan dan lahar,” tulis Dede.
Status aktivitas Gunung Anak Ranakah sempat dinaikkan ke level ‘siaga’ pada September 2011.
Namun, sebulan kemudian, pemerintah menurunkannya kembali ke level ‘waspada’ “berdasarkan hasil analisa data visual, deformasi dan kegempaan.”
Lokasi gunung ini berdekatan dengan permukiman dan lahan pertanian warga Manggarai dan Manggarai Timur, khususnya di bagian kaki dan lereng bawah.
Gunung Api di Flores yang Naik Level Terus Bertambah
Anak Ranakah merupakan bagian dari deretan gunung api di sepanjang Pulau Flores yang merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire.
Istilah Cincin Api Pasifik merujuk pada daerah yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik dan sering mengalami gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami.
Mencakup wilayah sepanjang 40.550 kilometer, Cincin Api Pasifik memiliki antara 750 dan 915 gunung berapi aktif atau tidak aktif, sekitar dua pertiga dari total gunung berapi dunia.
Sebanyak 127 dari gunung api aktif ada di pelbagai wilayah Nusantara. Dari jumlah tersebut, 25 di antaranya tersebar di sejumlah pulau di NTT, termasuk Flores.
Peningkatan status Gunung Anak Ranakah terjadi setelah sebelumnya Badan Geologi juga mengumumkan peningkatan status beberapa gunung lain di pulau itu.
Salah satunya adalah Gunung Rokatenda di Pulau Palué Kabupaten Sikka. Badan Geologi meningkatkan statusnya dari level ‘normal ke ‘waspada’ pada 10 November setelah “adanya kenaikan gempa vulkanik dangkal” pada 1-8 November.
Pada 5 November, Badan Geologi juga telah mengumumkan peningkatan status Gunung Iya di Kabupaten Ende dari ‘waspada’ ke ‘siaga’ setelah adanya “peningkatan aktivitas serta adanya potensi ancaman bahaya.” Masyarakat pun diminta untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung api itu, baik di darat maupun di laut.
Badan Geologi juga meningkatkan status Ili Lewotolok, gunung api di Kabupaten Lembata, sebelah timur Flores Timur. Sejak 7 November, statusnya naik dari level ‘normal’ ke ‘waspada.’
Peningkatan status gunung-gunung itu terjadi di tengah erupsi yang masih terus berlanjut di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur.
Erupsi gunung itu pada 3 November malam menyebabkan 9 warga tewas, 31 orang luka berat, sementara belasan ribu warga mengungsi.
Sebulan berlalu, erupsi masih berlanjut. Erupsi terakhir terjadi pada 3 Desember dini hari, dengan tinggi jangkauan abu antara 500-1.000 meter di atas puncak kawah.
Arivin Dangkar dan Anno Susabun berkolaborasi mengerjakan laporan ini
Editor: Ryan Dagur