Floresa.co – Badan Geologi mengumumkan peningkatan status Gunung Rokatenda di Kabupaten Sikka dari level ‘normal’ ke level ‘waspada’ setelah dalam kurun waktu lebih dari sebulan terjadi beberapa kali gempa.
Waspada merupakan level kedua dari empat level status aktivitas gunung api. Status tertinggi adalah ‘awas’ atau level IV, sementara level I dan III masing-masing ‘normal’ dan ‘siaga.’
Pengumuman yang disampaikan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid pada 10 November itu menambah jumlah gunung api di daratan Flores yang mengalami peningkatan aktivitas dalam beberapa waktu terakhir.
Ia berkata, pengamatan instrumental pada periode 1 Oktober-10 November merekam 24 kali gempa vulkanik dangkal, 30 kali gempa vulkanik dalam, 23 kali gempa tektonik lokal dan 20 kali gempa tektonik jauh.
Sementara pengamatan secara instrumental yang terekam pada seismik menunjukkan “adanya kenaikan gempa vulkanik dangkal” pada rentang waktu 1-8 November.
Peningkatan aktivitas seperti gempa vulkanik dangkal biasanya mengindikasikan adanya pergerakan magma di bawah permukaan yang berpotensi menyebabkan erupsi.
Wafid berkata, pihaknya mendapat laporan bahwa warga di sekitar gunung api itu mencium bau belerang yang cukup pekat pada 9 November sejak pukul 09.00 sampai 17.00 Wita.
Karena itu, pihaknya meminta warga dan wisatawan tidak berkegiatan dalam radius dua kilometer dari puncak atau pusat aktivitas gunung itu.
Selain itu, warga diimbau untuk tidak melakukan kegiatan di lembah-lembah atau sungai yang berhulu dari sekitar puncak atau kubah lava baru guna menghindari ancaman banjir lahar akibat hujan.
“Tingkat aktivitas Gunung Rokatenda akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan,” katanya.
“Tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Rokatenda ini tetap berlaku selama surat atau laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” tambahnya.
Gunung Rokatenda yang terletak di Pulau Palué berada pada ketinggian 875 meter di atas permukaan laut atau sekitar 3.000 meter dari dasar laut.
Gunung ini terakhir kali meletus pada 2013 yang mengakibatkan korban jiwa dan memaksa warga mengungsi. Letusan yang disertai gempa bumi kala itu juga mengakibatkan beberapa desa dihujani semburan kerikil dan abu vulkanik.
Peningkatan status Gunung Rokatenda terjadi setelah sebelumnya Badan Geologi mengumumkan hal serupa terkait status Gunung Iya di Kabupaten Ende.
Gunung itu menunjukkan “peningkatan aktivitas serta adanya potensi ancaman bahaya” sehingga statusnya dinaikkan ke level ‘siaga,’ menurut badan tersebut.
Masyarakat pun diminta untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung api itu, baik di darat maupun di laut.
Peningkatan status dua gunung itu terjadi di tengah erupsi yang masih terus terjadi di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur.
Erupsi efusif gunung itu pada 3 November malam menyebabkan 9 warga tewas, 31 orang luka berat.
Gunung itu masih mengalami erupsi lanjutan, membuat pengungsi terus bertambah. Hingga 11 November, jumlahnya mencapai lebih dari 11 ribu.
Selain kedua gunung api tersebut, Badan Geologi juga meningkatkan status Ili Lewotolok, gunung api di Kabupaten Lembata, sebelah timur Flores Timur.
Sejak 7 November, status Ili Lewotolok naik dari level normal ke waspada.
Editor: Herry Kabut