Floresa.co – Badan Geologi mengumumkan bahwa Gunung Iya di Kabupaten Ende, Flores menunjukkan “peningkatan aktivitas serta adanya potensi ancaman bahaya” sehingga statusnya dinaikkan ke level ‘siaga.’
Masyarakat pun diminta untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung api itu, baik di darat maupun di laut.
Badan di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] itu menyatakan, peningkatan status ke ‘siaga’ tersebut berlaku sejak 5 November.
Siaga merupakan level ketiga dari empat level status aktivitas gunung api. Status tertinggi adalah ‘awas’ atau level IV, sementara level I dan II masing-masing ‘normal’ dan ‘waspada.’
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid meminta masyarakat di sekitar Gunung Iya dan pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas di Kawasan Rawan Bencana [KRB] III dan KRB II baik darat dan laut di dalam radius tiga kilometer dan sektoral lima kilometer ke arah selatan.
Ia menyatakan, ada potensi tsunami dari kawah aktif Gunung Iya.
Kendati demikian, Muhammad meminta masyarakat di sekitar gunung itu
“tetap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Api Iya.”
Ia juga mengajak mereka “senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Kabupaten Ende dan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur.”
Mengutip laman BPBP Provinsi Yogyakarta, KRB III adalah kawasan yang sangat berpotensi/sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran bom vulkanik, gas beracun maupun guguran batu [pijar].
Pada kawasan ini, siapa pun tidak direkomendasikan untuk membuat hunian tetap dan memanfaatkan wilayah untuk kepentingan komersial.
Sementara KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu [pijar] dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar dan gas beracun.
Gunung Iya yang terletak di sebelah selatan Ende, ibu kota Kabupaten Ende memiliki ketinggian 637 meter di atas permukaan laut.
Gunung strato atau berbentuk kerucut dengan lereng curam ini tercatat mengalami erupsi sejak tahun 1671. Erupsi terakhir terjadi pada 1969, dengan selang waktu erupsi antara 1–60 tahun.
Karakter erupsi Gunung Iya, jelas Muhammad Wafid pada umumnya berlangsung di kawah utama, berupa erupsi magmatik yang menghasilkan abu vulkanik, lontaran batu pijar, dan aliran lava, disertai dengan adanya runtuhan pada puncak.
Terdapat rekahan berkembang di sekeliling kawah aktif Gunung Iya yang menunjukkan zona lemah di dalam gunung api.
“Rekahan ini yang kemungkinan akan mengakibatkan longsoran besar ke arah laut jika terjadi erupsi Gunung Api Iya yang akan datang,” katanya.
Berdasarkan pemantauan pada 1 Oktober hingga 9 November, gunung itu, kata dia, terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Secara visual teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi sekitar 10–300 meter dari puncak.
Selain itu, kata Muhammad, terpantau cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara di sekitar 23–39°C.
Berdasarkan pengambilan data visual menggunakan drone kawah Iya pada 5 November, katanya, teramati asap kawah tipis berwarna kelabu dengan tinggi kurang lebih 50 meter di atas puncak gunung.
Intensitas curah hujan yang tinggi juga meningkatkan intensitas asap kawah dari fumarol [lubang atau retakan yang mengeluarkan gas dan uap vulkanik] yang berada di dinding luar kawah Gunung Iya.
“Dari hasil pengamatan visual tanggal 9 November 2024 pukul 08.41 Wita, teramati asap kawah putih dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 100-300 meter di atas puncak dan bertiup ke arah barat,” kata Muhammad.
Ia berkata, kegempaan Gunung Iya masih didominasi Gempa Tremor Harmonik, Gempa Tremor Non Harmonik, Gempa Tremor Menerus, Gempa Low Frequency, dan Gempa Vulkanik Dalam.
Peningkatan signifikan kegempaan gunung ini ditandai dengan meningkatnya Gempa Vulkanik Dalam sejak Agustus 2024 dan pada 5 November 2024 terekam 4 kali Gempa Vulkanik Dalam [terasa] dengan MMI 3.
Peningkatan kegempaan ini, kata Muhammad, mengindikasikan adanya migrasi magma dari kedalaman dalam ke kedalaman dangkal, diikuti dengan terekamnya gempa-gempa dangkal, yaitu Gempa Low Frequency dan Gempa Tremor yang menandakan adanya pergerakan magma menuju lebih dekat ke permukaan.
“Hal ini meningkatkan kemungkinan akan terjadinya erupsi,” katanya.
“Perlu diwaspadai apabila terekam Gempa Tektonik dengan magnitudo besar di sekitar Gunung Iya, karena berpotensi akan mempengaruhi aktivitas vulkanik,” tambahnya.
Peningkatan status aktivitas Gunung Iya ini terjadi di tengah erupsi yang masih terus terjadi di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, yang berjarak sekitar 233 kilometer sisi timur Flores.
Erupsi efusif gunung itu pada 3 November malam menyebabkan 9 warga meninggal dunia, 31 orang mengalami luka berat dan ribuan orang mengungsi.
Selain kedua gunung api tersebut, Badan Geologi juga meningkatkan status Ili Lewotolok, gunung api di Kabupaten Lembata, sebelah timur Flores Timur.
Sejak 7 November, status Ili Lewotolok naik dari level normal ke waspada.
Editor: Petrus Dabu