Floresa.co – Warga mengeluhkan ketiadaan jembatan di atas sungai penghubung Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Absennya jembatan membuat akses terputus pada musim hujan.
Sungai Wae Care berada di lintas selatan Manggarai menuju wilayah selatan Kabupaten Manggarai Timur.
Diukur menggunakan platform perpetaan Google Maps, jalur pantai selatan Pulau Flores itu sepanjang kira-kira 20 kilometer.
Lajurnya menyambungkan Iteng di ujung barat dan Jalan Trans Flores pada titik paling timur.
Iteng merupakan ibu kota Kecamatan Satar Mese di Kabupaten Manggarai.
Jalan Trans Flores yang tercakup dalam jalur itu berada di Sok, Desa Compang Ndejing di Kecamatan Rana Mese, Manggarai Timur.
Jalur tersebut juga menyambungkan Iteng, yang berada di selatan pulau, menuju utara hingga Lembor, Kabupaten Manggarai Barat.
Wae Care terhubung dengan dua sungai lain, masing-masing Pinarangkat dan Mocong.
Charles Jemompar, warga Kampung Nanga Lanang, Desa Bea Ngencung di Kecamatan Rana Mese menuturkan “hanya Pinarangkat yang dilengkapi jembatan.”
Dibanding dua sungai lain, kampung Charles berada paling dekat dengan Pinarangkat.
“Empat tahun lalu pemerintah bangun crossway di Pinarangkat,” kata Charles pada 15 Januari, “tetapi sudah ambruk.”
Crossway merupakan jalan penghubung antarsisi sungai.
Lain halnya dengan jembatan gantung, landasan crossway berada di dasar sungai. Lumrahnya berstruktur utama beton yang dilengkapi lubang-lubang pengalir air.
“Pemerintah tak pernah membangun crossway maupun jembatan di atas dua sungai lain,” katanya mengacu pada Mocong dan Wae Care.
Pada musim kemarau, “barangkali tak menjadi masalah buat warga yang biasa melintasi dua sungai itu.” Air sungai menyurut selama musim kering.
Beda soal ketika musim hujan datang. Air kedua sungai acapkali meluap.
Seorang pelintas sempat memvideokan luapan Wae Care pada 11 Januari yang diterima Floresa empat hari sesudahnya.
Tampak luapan sungai itu melampaui lutut orang dewasa ketika berdiri.
Di tepi Wae Care, sejumlah lelaki acapkali menawarkan jasa angkat sepeda motor. Sebuah sepeda motor diseberangkan empat lelaki dengan upah total Rp20 ribu.
Tak setiap pengendara mampu membayar sejumlah itu. Pilihannya dua, berputar balik atau menanti beberapa orang tanpa diminta membantu menyeberangkan sepeda motornya.
Baik membayar jasa angkat maupun tidak, risiko keselamatan tetaplah ada.
Satu Motor Diseberangkan Empat Orang
Arsi Juwandi, pelintas yang memvideokan luapan Wae Care pada 11 Januari acapkali menyeberangi sungai selebar kira-kira 12 meter itu.
Arsi bekerja di Kisol, Kelurahan Tanah Rata di Kecamatan Kota Komba. Ia kerap mengunjungi keluarganya yang tinggal di Iteng, pusat pemerintahan Kecamatan Satar Mese.
Ia harus melalui Wae Care guna mencapai Iteng, rute yang membuat Arsi “mengenal betul kondisinya saat musim hujan.”
Arsi merupakan satu dari sejumlah pelintas yang memanfaatkan jasa angkat sepeda motor ketika aliran Wae Care meluap.
Mula-mula keempat orang pengangkat motornya menyelipkan dua batang kayu, masing-masing pada sela jeruji roda depan dan belakang.
Keempatnya lalu berancang-ancang dengan saling memberi aba-aba sebelum mengangkat sepeda motornya.
Urusan menyeberangkan sebuah sepeda motor pun tak semulus bayangan.
Dalam video yang direkam Arsi, terlihat pengangkat sepeda motor mesti beberapa kali berhenti di tengah-tengah sungai, berancang-ancang kembali sebelum lanjut menyeberang.
Upaya kolektif itu kian berisiko ketika hujan deras tiba-tiba turun saat menyeberangkan sepeda motor.
Pengangkat motor berpotensi terjerembap. Sungai selebar 12 meter itu kian sulit dilintasi.
Belum Sepenuhnya Selesai
Arsi menuturkan jalan beraspal dari sejumlah desa membujur hingga tepi Wae Care. Tetapi dari situ tak ada jalur penyambungnya.
“Tak ada jembatan. Tak pula terdapat crossway,” katanya menyepakati ucapan Charles Jemompar.
Charles mengatakan “pemerintah daerah berjanji membangun jembatan semenjak zaman Yosep Tote.”
Yosep Tote menjabat bupati Manggarai Timur selama dua periode.
Ia memimpin kabupaten itu pada 2009-2014 sebelum terpilih kembali pada 2015- 2019.
Charles lupa tepatnya, tetapi Tote “saat itu datang ke Bea Ngencung. Ia berjanji membangun jembatan sampai bibir sungai.”
Bea Ngencung tercakup dalam wilayah administratif Kecamatan Rana Mese.
“Pemerintah juga bilang jalur pantai selatan segera dibangun untuk memuluskan akses ke Labuan Bajo,” kata Charles.
Namun, “saat ini belum sepenuhnya dibangun,” kata Charles mengacu pada ketiadaan jembatan di beberapa titik.
Setidaknya berdasarkan pengalaman Charles, jalur pantai selatan dapat memangkas waktu tempuh dari Bea Ngencung menuju Labuan Bajo di ujung barat Pulau Flores.
Bersepeda motor dari Bea Ngencung, “sekitar 4-5 jam kemudian tiba di Labuan Bajo.”
Sementara bila bersepeda motor melalui Ruteng, “waktu tempuh sekitar 6-7 jam.”
Ruteng merupakan ibu kota Manggarai. Berada di barat laut Bea Ngencung, Ruteng berjarak sekitar 132 kilometer dari Labuan Bajo.
Nasib Jembatan di Tangan Bupati Dua Periode
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Manggarai Timur, Ferdinandus Mbembok mengatakan peningkatan akses jalan dan jembatan di Wae Care “menjadi prioritas daerah.”
Meski menjadi prioritas, Ferdinandus menyebut “program itu baru akan diusulkan untuk tahun anggaran 2026,” beralasan “menyesuaikan ketersediaan keuangan daerah.”
Selain itu, katanya kepada Floresa pada 16 Januari, “pembangunan tentunya dilakukan secara bertahap.”
Mewakili warga sekitar Wae Care, Charles “berharap Bupati Agas cepat buka mata.”
Andreas Agas menggantikan Yosep Tote sebagai bupati Manggarai Timur pada periode 2019-2024. Ia kembali terpilih untuk periode 2024-2029.
Charles “berharap Agas dapat mewujudkan janji Tote.”
Editor: Anastasia Ika