Floresa.co – Para nelayan di Adonara dan Solor, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakui penghasilan mereka mengalami penurunan drastis sejak merebaknya kasus formalin yang digunakan pengusaha yang menjual ikan ke daerah lain di NTT.
“Sebelum mencuatnya kasus formalin, pendapat kami dalam sebulan berkisar antara Rp2 juta sampai Rp3 juta. Namun, setelah itu, untuk mendapat sejuta rupiah pun susahnya minta ampun,” kata Muhamad Soleh, nelayan dari Adonara, sebagaimana dilansir Antara, Senin (11/5/2015).
Menurutnya, sejak kasus ini terungkap pada Januari 2015, hasil tangkapan mereka yang bebas bahan pengawet nyaris tidak dilirik konsumen.
Ia menambahkan para nelayan di Flores Timur tidak pernah menggunakan bahan pengawet seperti formalin untuk mengawetkan hasil tangkapannya di laut.
Namun, dengan ditemukannya ikan berformalin tersebut, tambahnya, hasil tangkapan nelayan yang bebas bahan pengawet pun nyaris tidak lagi dibeli oleh masyarakat konsumen.
Hal senada juga disampikan oleh Izmul Taher, seorang nelayan, asal Desa Menangga, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur yang kesehariaannya bekerja sebagai nelayan di daerah itu.
Menurutnya, informasi ikan formalin asal Flores Timur yang diberitakan media lokal secara besar-besaran mulai Januari sampai Februari lalu, membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi para nelayan.
“Kasus ikan berformalin itu, sampai sekarang masih menjadi bahan pembicaraan masyarakat Flores Timur, sehingga hasil tangkapan kami yang bebas bahan pengawet pun, sudah tidak laku jual,” ujarnya. (Armand Suparman/ARS/Floresa)