Floresa.co-Ambrosius Tauk, warga dari Desa Bajak, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai merasa kesal karena aliran listrik ke desanya dan dua desa lain yaitu Desa Salama dan Desa Ruis yang terletak di jalan negara Reo-Ruteng, belum masuk.
Atas inisiatifnya, dengan sekitar puluhan warga dari dua desa lain tersebut pada Sabtu pekan lalu, ia datang berunjuk rasa di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Ruteng.
“Kami perwakilan dari tiga desa. Kami sangat kecewa karena tiga desa ini sudah lama tidak mendapat pasokan listrik” katanya ketika dihubungi Floresa.co pada Senin (27/07/2015).
Menurutnya, janji pasokan listrik di ketiga desa itu sudah lama mereka dengar, namun tak kunjung terealisasi sampai saat ini. Sejak tahun 1998, silih berganti para kandidat baik anggota DPRD maupun bupati berjanji mendatangkan listrik PLN.
“Kami sudah terlalu sabar menunggu. Kalau sampai bulan Desember tidak akan kejelasan lagi, kami tidak akan terlibat aktif dalam pilkada. Sudah bosan dengar janji palsu.” akunya.
Baginya permintaan pasokan listrik bukan tanpa alasan. Tiga desa tersebut berada dekat jalan negara, namun tak pernah diperhatikan.
“Tiap hari lalu-lalang mobil yang membawa barang-barang ekspor-import lewat sini. Tapi kami masih tinggal dalam gelap” ujarnya.
Mirisnya lagi, kata dia, ketiga desa tersebut sangat dekat dengan kota Reo, ibu kota Kecamatan Reok. Jarak dari pusat kota hanya sekitar 2-9 km. Akan tetapi, sampai sekarang listrik belum masuk.
Kenyataan itu sungguh terbalik dengan nasib desa-desa lain di Kecamatan Reok. Meskipun jarak sangat jauh yang mencapai puluhan kilometer, Desa Loce dan Desa Kajong, misalnya, sudah lama mendapat penerangan listrik.
“Kami di sini, biar dekat tapi listrik tidak masuk” jelasnya.
Perlu diketahui, unjuk rasa yang dilakukan perwakilan dari ketiga desa tersebut sebenarnya merupakan langkah lanjutan dari perjuangan yang tak pernah didengarkan.
Ia mengatakan, sebelumnya para kepala desa sudah melayangkan proposal permintaan listrik. Akan tetapi, proposal tersebut sampai sekarang tak ditanggapi. Karena itu, Ambros mengumpulkan warga lain untuk melakukan demonstrasi di Ruteng.
“Saya berharap, dengan langkah ini aspirasi kami dapat didengarkan” katanya.
Ketika ditanyakan, apakah langkah selanjutnya kalau cara-cara itu masih tak didengarkan, ia mengaku warga di sana tidak pernah berhenti berjuang.
“kami tidak akan berhenti berjuang kalau permintaan itu belum pernah dijawab. Pasti ada cara-cara lain nantinya.” katanya. (Gregorius/Floresa)