Ruteng, Floresa.co – Sebuah rekaman audio yang berisi pembicaraan Hery Nabit saat berkampanye di Labuan Ntaur, Pulau Mules, beredar. Belum diketahui kapan calon bupati yang berpasangan dengan Adolfus Gabur ini melakukan kampanye di sana.
Dalam rekaman itu, dihadapan warga Hery mengajak warga Labuan Ntaur dan Konggang untuk memilihnya saat pilkada 9 Desember nanti.
“Saya tidak datang omong saya punya program ini hari. Tetapi saya pastikan, saya janjikan, kepada semua keluarga, ai keluarga taung tite hoo ta ite e, saya pastikan kepada kita semua, eme lobo watun, kalau berhasil, saya datang lagi di Labuan Ntaur,”ujarnya.
Hery mengatakan bila ia kelak terpilih, saat itu ia baru datang lagi ke Pulau Mules membicarakan program apa yang akan dilakukannya di pulau itu.
“Kita beruntung di Manggarai ini pulau hanya satu, tidak macam di Labuan (bajo) ada ratusan itu pulau. Puluhan yang ada penghuni di dalamnya. Pemerintah juga mau bangun pulau-pulau itu, terbatas kekuatannya. Tetapi kita di Manggarai pulau hanya satu. Jadi harusnya, pemerintah bisa buat lebih banyak untuk kita di Konggang, di Nuncamolas. Itu keutungan pertama,”ujar Hery dalam rekaman itu.
Keuntungan kedua, lanjut Hery, “Bahwa, manga hubungan ite hoo. Itu keuntungan. Jadi, eme lobo watun,kalau kita menang, toe sihing tite tombo agu aku. Coo tara toe sihing? Ai ase, ai nara, ai amang lata iwon, ai kesa lata iwon kaku, ai ipar lata iwon,”ujarnya dalam bahasa Manggarai yang artinya bahwa dia memiliki hubungan kekerabatan dengan warga di situ.
“Dengan kata lain, saya mau katakan satu, orang lain mungkin sudah ketemu ite. Saya tidak tahu. Asa manga ata lonto’n cee ho’o sebelum aku a? Ce’e Ntaur? Asi Awo Konggang, ce’e Ntaur? Berarti kong pilih lise awo Konggang kat ata hitu ga. Ko coon?”
“Kalau pun manga ata mai sebelum ho’o, saya hanya mau tanya satu hal, manga ko toe hubungan dite agu ata situ? Hitu kaut. Manga ko toe hubungan? Eme manga hubungan tombo lite. Kudut tombo kole dakun tong hubungan. Landing eme toe manga hubungan, dopo nitu,”ujarnya.
Dalam politik kata dia memperhatikan daerah sendiri itu adalah hal yang wajar.
“Politik ho’o, ne nggo’o. Na’a dion de one nai beo ru’u, Satar Mese. Satar Mese pe, na’a dion. Itu politik, memang begitu politik,”ujarnya.
Menurutnya, memperhatikan kampung sendiri bukan Korupsi, Kolusi dan Nepostisme. “Bahwa saya harus perhatikan saya punya kampung, itu terutama karena, saya punya kampung Satar Mese ini termasuk kampung yang kurang diperhatikan selama ini,”ujarnya.
Satar Mese kata dia baru diperhatikan saat pemilu. “Eme kut pilih bupati kole ga, hitung po rame-rame mai la’at. Mai lelo ite,”ujarnya.
Selanjutnya, Hery mentatakan, bahwa banyak juga diantara orang Satar Mese yang memilih calon lain. Dalam ungkapan bahasa Manggarai ia mengatakan, “Saya tahu, saya tahu, bahwa, dod dite ce’e kole ata hang helang data,bae laku. Dakun kali ca,tama umur lewe, eme hang helang data. Ai jaga de, empo dite soo de regis.”ujarnya.
Hery selanjutnya berbicara soal pengalaman dalam memimpin. Ia mengatakan ada orang yang mengatakan dirinya ibarat nakodah kapal yang belum berpengalaman.
“Orang bilang, eme pilih aku tite, cama neho pilih nakodah hot toe de manga pengalaman. Juragan hot toe de manga pengalaman, tiba-tiba kud woncek jadi juragan, penumpang do,toe de pernah ba perahu,toe de manga pernah ba kapal, tiba-tiba jadi juragan, jadi nakodah,”ujarnya.
Terhadap isu tak berpengalaman seperti itu, Hery mengatakan calon lain juga belum berpengalaman menjadi bupati.
“Saya beri tahu satu hal, dalam pilkada tahun ini, pilih bupati tahun ini, tidak ada satu pun calon yang sudah pernah mejadi bupati, tidak ada. Jadi, kalau ada yang mengaku sudah punya pengalaman, toe, tidak ada pengalaman. Yang sudah punya pengalaman itu Pak Chris. Di luar pak Chris, tidak ada pengalaman jadi bupati. Pengalaman hanya jadi wakil. Wakil itu ban serep. Kalau perlu dipakai, kalau tidak perlu tidak dipakai. Makanya saya heran, kalau ada yang mengaku sudah pengalaman jadi bupati. Neka tipu roeng, pengalaman apa. Semua kita ini baru mau naik kelas”ujarnya.
Hery mengatakan, untuk menjadi jurgan atau nakodah, ada banyak cara. “Ada nakoda karena orang tua ajar dia jadi nakodah, tiap hari dia melaut, tiap hari dia ikut perahu. Ada yang jadi nakoda juga karena dia sekolah, karena dia sekolah pelayar. Itu uwa dami leso hoo ga. Eme ngoeng jadi nakioda, sekolah,”ujarnya.
Melalui sekolah, kata dia waktu orang bisa lebih cepat menjadi nakodah. “Dengan kata lain, saya mau katakan satu hal. Jadi pemimpin hari ini pertama karena sekolah. Kedua karena cumang ase kae. Karena one mai ase kae, dari keluarga kita akan dapat pelajaran, kita akan tau apa kesulitan ase kae one beo,”ujarnya.
Hery mengatakan, pilkada tahun 2015, ini adalah lomba atau dalam bahasa Maggarai, kata dia, rie, siapa yang paling banyak memiliki ase kae. “Eme kalah kaku, mai de tae data, toe manga do’d ata Satar Mese, toe manga do’d. Toe manga mberes dise, ata tobo mesed kali’d. Eme menang kaku, menang tite, maka mai tae data, mberes dised Satar Mese, ata dos. Karena itu, maka, kalau itu yang terjadi, cempuluh ntaug kole, sua mpulu ntaung kole, eme maju ited Satar Mese, mai tae data tempat bana ga, asi, mberes dise sili,”ujarnya. (Armando/PTD/Floresa)