Borong, Floresa.co – Petani komoditas perkebunan di Manggarai Timur – Flores belum memiliki posisi tawar yang kuat di pasar. Harga cenderung ditentukan pembeli, sedang petani sebagai pamasok komoditas hanya menerima saja harga yang ditetapkan.
Kepala Dinas Perkebunan kabupaten Manggarai Timur, Johanes Sentis mengatakan harga komoditas perkebunan tak sesuai harapan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kualitas produk pertanian yang rendah dan petani belum terorganisir dalam satu lembaga.
“Kalau petani ingin harga komoditasnya bagus, para petani harus terorganisir. Artinya petani harus punya lembaga tersendiri untuk menampung hasil komuditas mereka. Agar monopoli perdagangan yang dilakukan pengusaha dapat diminimalisir” ujarnya kepada Floresa.co usai mengikuti Sidang Paripurna di kantor DPRD Manggarai Timur, Selasa 14 Juni 2016.
Ia menjelaskan petani selama ini menjual komoditasnya, seperti kopi, kemiri, kakao, jambu mete dan komoditas lain secara sendiri-sendiri. Akibatnya, para petani selalu menjadi korban dari pengusaha yang selalu mempermainkan harga. Pemerintah dalam hal ini, kata dia tidak bisa intervensi.
“Kita tidak bisa intervensi pasar, karena pasar punya mekanisme tersendiri. Hukum permintaan dan Penawaran berlaku”,”ujarnya.
Ia berharap kedepan para petani di Manggarai Timur membentuk lembaga agar hasil komoditi mereka dipasarkan melalui satu pintu saja. Dengan begitu bisa menekan monopoli perdagangan yang sering terjadi.
Menurut Sentis kualitas komoditas di Manggarai Timur tidak diragukan lagi. Kopi, misalnya telah dinobatkan sebagai kopi dengan cita rasa terbaik pada tahun 2015. Hanya memang perlu pengolahan pasca panen yang baik agar kualitasnya terjaga.
Sentis mengatakan petani seharusnya bisa tergabung dalam satu lembaga seperti petani kopi yang tergabung dalam Koperasi Asosiasi Petani Kopi Manggarai (ASNIKOM). Dengan begitu hasil pertanian bisa dipasarkan melalui satu pintu. (Ronald Tarsan/Floresa)