Floresa – Fenomena gerombolan ikan terdampar dan mati di muara Wae Koe di Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur pada Senin, 4 September yang menghebohkan warga setempat disebut dipicu oleh migrasi hiu dan lumba-lumba, demikian kata otoritas pemerintah.
Buchek, seorang warga yang rumahnya berada di sekitar muara Wae Koe mengatakan ikan-ikan jenis teri tersebut terperangkap di muara sejak Minggu malam ketika air pasang.
Ketika pagi hari, saat air laut surut, “ikan-ikan itu terjebak di dalam mulut muara yang [berbentuk] seperti kolam,” ujar Buchek kepada Floresa.
Edi Tedong, warga lain yang tinggal di sekitar lokasi mengatakan meski ini fenomena yang baru terjadi, tetapi warga mengerumuni pantai itu.
“Warga sekitar ramai mengambil ikan,” ujarnya.
Hendrikus Sukur, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Manggarai mengatakan saat ini memasuki musim tedu, di mana pada musim ini biasanya terjadi migrasi ikan hiu dan lumba-lumba dari wilayah perairan Nanga Lili di Kabupaten Menggarai Barat ke Laut Sawu, melintasi perairan di sekitar Pulau Mules di Kecamatan Satar Mese.
“Saat-saat itulah ikan tersebut [yang terdampar] dikejar oleh ikan hiu atau lumba-lumba besar,” katanya.
Ia mengatakan, ikan-ikan yang terdampar itu memang hidup berkelompok.
Dan, ketika dikejar oleh ikan yang besar “mereka mungkin merasa terjepit, akhirnya lari keluar. Itu sering terjadi.”
Menurutnya, ikan-ikan itu aman dikonsumsi.
Di daerah lain di Indonesia, fenomena ikan dalam jumlah banyak yang terdampar seperti ini juga pernah terjadi. Salah satunya di Jakarta Utara pada 29 November 2022.
Menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] saat itu, fenomena tersebut disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor kesuburan perairan, angin dan arus laut.
“Tidak ada hubungannya dengan akan terjadinya gempa,” kata Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG seperti dikutip Detik.com.
Ia menyatakan, secara tak kasat mata, angin laut telah mendorong ikan-ikan kecil tersebut mengikuti arus hingga terdampar di pesisir pantai.
Selain itu, katanya, terdapat kemungkinan kalau ada berbagai unsur hara lainnya yang dibutuhkan ikan-ikan itu, mengikuti arus angin sehingga mendorong mereka mendekati garis pantai.
Kemungkinan lain, tambahnya, karena adanya kandungan klorofil-a yang menjadi salah satu faktor kesuburan di laut.
Terdamparnya ikan-ikan kecil tersebut, kata Eko, bisa dikatakan sebagai wujud fenomena langka akibat ketidaknormalan oseanografi yang menjadi sebuah anugerah bagi warga karena dapat memanen ikan tanpa menggunakan jala di laut.
Kendati demikian, katanya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan penyebab ikan-ikan kecil itu terdampar hingga ke pesisir pantai.