Floresa.co – Pemerintah suatu desa di Manggarai Timur memutuskan menggunakan dana desa untuk memperbaiki jembatan rusak di ruas jalan kabupaten yang berperan vital untuk mereka.
Langkah itu merespons pernyataan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR] kabupaten itu yang mengklaim tidak memiliki anggaran untuk memperbaikinya.
Jembatan Wae Emas itu menghubungkan Kecamatan Kota Komba Utara dan Elar Selatan dan telah rusak parah sejak 2020.
Kepala Desa Golo Wuas, Kristianus Naba di Kecamatan Elar Selatan mengatakan, perbaikan akan segera dilakukan agar tidak menghambat perekonomian warga dan pembangunan di desanya.
“Percuma kita rencanakan pembangunan di desa kalau akses transportasinya terhambat,” kata Kristianus kepada Floresa pada 27 Februari.
Ia menjelaskan desa sudah siap untuk memperbaiki jembatan itu pada tahun ini.
“Saya bertemu Kadis PUPR dan dia janji akan turun langsung untuk melihat kondisi jembatan ini,” katanya.
Ia menambahkan, harus berkoordinasi dengan dinas tersebut “terkait konstruksi jembatan dan jumlah anggaran yang akan digunakan.”
Dalam wawancara dengan Floresa pada 24 Februari, Kepala Dinas PUPR, Yosep Marto mengatakan sudah mendapatkan laporan terkait kerusakan jembatan itu dari Kepala Desa Golo Wuas dan Camat Elar Selatan.
Ia mengatakan telah memberitahu mereka bahwa “kami belum bisa menindaklanjuti laporan tersebut karena ketiadaan anggaran.”
Karena itu, kata Yosep, ia mengiyakan ketika keduanya bertanya apakah jembatan itu “bisa dibangun pakai dana desa karena kondisinya sangat mendesak.”
“Kalau memang pemerintah desa siap untuk bangun pakai dana desa saya pikir tidak masalah, karena nantinya tetap dihibahkan ke Pemda,” katanya.
Yosep mengamini bahwa jembatan itu “kondisinya sangat memprihatinkan sehingga dibutuhkan perbaikan segera agar transportasi masyarakat tidak terhambat,”
“Apalagi itu satu-satunya akses keluar masuk warga di sana,” katanya,
Sebagaimana dikatakan Yosep, jembatan itu merupakan satu-satunya akses keluar masuk menuju beberapa wilayah di Desa Golo Wuas.
Selain petani dan pedagang, sejumlah pelajar Sekolah Menengah Pertama Satap Taga, Kecamatan Kota Komba Utara setiap hari melewati jembatan itu dari rumah mereka di Watu, Desa Golo Wuas.
Dikerjakan pada 2016 bersamaan dengan pengerjaan ruas jalan segmen Ladok-Koit-Taga-Watu, jembatan itu – yang berada di perbatasan Watu dan Taga, ambruk pada tahun 2018.
Warga kemudian mengambil langkah gotong royong memperbaikinya.
Mereka menggunakan kayu ampupu, mengganti gelagar baja yang hanyut terbawa arus.
Sejak akhir 2023, kendaraan angkutan umum tak lagi dapat melintas lantaran papan alas jembatan sudah kembali lapuk.
Kini mereka kian kesulitan mencari kayu ampupu sepanjang sembilan meter yang pas dengan lebar sungai itu.
Gerusan arus membuat Sungai Wae Emas melebar hingga satu meter per tahun, yang kian intens dalam tiga tahun terakhir.
Editor: Ryan Dagur