Floresa.co – Salah satu kongregasi para biarawati Katolik di Flores mengumumkan penutupan permanen salah satu sekolah mereka yang rusak parah saat erupsi Lewotobi Laki-Laki awal bulan ini.
Informasi penutupan SMP Katolik Sanctissima Trinitas Hokeng di Kabupaten Flores Timur yang telah berusia 66 tahun tersebut tertuang dalam surat bernomor 001/ST-SMP/XI/2024.
Surat itu, yang salinannya diperoleh Floresa pada 23 November, diteken Kepala Sekolah, Suster Lidwin Maria, SSpS dan ditujukan kepada orang tua dan wali peserta didik.
“Dengan penuh keprihatinan dan rasa berat hati kami menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan keberlanjutan SMP Katolik Sanctissima Trinitas Hokeng,” bunyi surat tersebut.
Suster Lidwin berkata, sekolah itu yang terletak di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang akan beroperasi hingga 13 Desember 2024 dan “ditutup secara permanen pada Januari 2025, sesuai dengan keputusan pimpinan tertinggi Kongregasi SSpS di Roma.”
Keputusan tersebut diambil setelah melalui pertimbangan yang mendalam, tulisnya, termasuk dampak dari bencana erupsi Lewotobi Laki-Laki yang menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas sekolah.
Erupsi pada 3 November itu juga menewaskan Suster Nikolin Padjo, pimpinan biara SSpS di Boru Hokeng dan dan pegawai sekolah tersebut.
“Kami menyadari bahwa keputusan ini membawa kesedihan bagi seluruh stakeholder. Namun Langkah ini diambil demi memastikan keberlanjutan pendidikan yang sesuai dengan visi dan misi Kongregasi SSpS,” bunyi lanjutan surat tersebut.
Dalam rangka mendukung keberlanjutan pendidikan peserta didik, jelas Suster Lidwin, pihak sekolah mengambil sejumlah langkah. Salah satunya adalah memfasilitasi kepindahan mereka.
“Kami akan membantu para siswa-siswi mendapatkan tempat di sekolah lain untuk dapat melanjutkan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku,” katanya.
Selain itu adalah pengurusan dokumen akademik seperti rapor dan surat pindah akan disiapkan oleh sekolah dan diserahkan kepada orang tua atau wali.
Para suster juga menyatakan siap untuk melakukan konsultasi dan pendampingan “untuk memastikan transisi berjalan lancar.”
“Kami juga memohon maaf jika terdapat kekurangan dalam pelayanan pendidikan selama sekolah ini beroperasi,” tulis Suster Lidwin.
Informasi yang diperoleh Floresa, pasca erupsi, peserta didik sekolah ini melanjutkan pendidikan di sekolah-sekolah lain milik para suster SSpS yang tidak terdampak.
Dikutip dari situs resminya, SMP Katolik Sanctissima Trinitas Hokeng biasa dikenal sebagai SMPK Sanctris.
Sekolah itu berdekatan dengan Seminari San Dominggo Hokeng di perbatasan antara Kabupaten Sikka dan Flores Timur yang juga rusak parah saat erupsi.
SMP Sanctris didirikan pada 6 Agustus 1958 oleh Sr. Guntil, SSpS, dengan kepala sekolah pertama adalah Sr. Emanuel Linsen, SSpS.
Bernaung di bawah Yayasan Santu Gabriel Maumere, sekolah ini terakreditasi A, menurut situs Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi.
Pada awal 1958 hingga 1988 sekolah ini hanya menerima murid perempuan. Perubahan terjadi sejak 1989 saat Sr. Marselina Ngozo, SSpS menjadi kepala sekolah. Ia memutuskan menerima siswa laki-laki.
Pada awalnya, jumlah siswa laki-laki hanya 19 orang.
“Namun setelah dipromosikan terus-menerus akhirnya murid laki-laki semakin banyak,” menurut situs tersebut.
Data terakhir di situs Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menunjukkan jumlah peserta didik sekolah itu 155 orang dan guru 14 orang.
Editor: Ryan Dagur