Labuan Bajo, Floresa.co – Kabupaten Manggarai Barat tahun ini mengalami defisit pupuk bersubsidi sekitar 9.000 ton lebih. Ini disebabkan kuota yang ditetapkan pemerintah pusat lebih kecil dari kebutuhan petani.
Kepala Dinas pertanian Kabupaten Manggarai Barat Anggalinus Apul mengatakan kuota pupuk subsidi untuk Manggarai Barat tahun ini hanya 5.454,75 ton. Sementara kebutuhan mencapai 14.000 ton lebih.
Anggalus mengatakan rendahnya kuota pupuk ini terjadi karena banyak anggota kelompok tani yang tidak menyampaikan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Padahal, kata dia, penyaluran pupuk bersubsidi mengacu pada RDKK.
“Selama ini memang banyak petani yang cuek saja. Untuk apa itu RDKK, ternyata penyaluran pupuk subsidi ini kan agak ketat sedikit, karena ini masalah bantuan pemerintah,”ujarnya kepada Floresa.co, Sabtu pekan lalu.
Dia menguraikan ada lima jenis pupuk bersubsidi yang diterima Manggaria Barat tahun ini yaitu Urea, SP36, ZA, MPK, dan organik. Karena disubsidi, harga pupuk tersebut lebih murah dari harga pasar. Urea misalnya, kata Anggalus dijual seharga Rp 1.800 per kg, padahal kalau tanpa subsidi dijual seharga Rp 3.000 per kg.
Dia meminta agar para petani di Managgarai Barat proaktif mendaftarkan diri pada kelompok tani dan kemudian membuat daftar kebutuhan pupuk yang kemudian akan dituangkan dalam RDKK.
“Ini yang kita himbau kepada petani sekarang yang sudah tergabung dalam kelompok tani agar mereka secara aktif untuk lapor ke ketua kelompok untuk daftar dan mengisi kebutuhan pupuk per orangnya, per satuan luasnya,”ujarnya.
RDKK untuk tahun 2016, kata dia, akan disampaikan pada Mei 2015 ini. “Untuk 2016 peteni sekarang bulan Mei mereka harus mengisi RDKK,”ujarnya.
Kondisi kelangkaan pupuk dialami sejumalah petani di Kecamatan Lembor, sentra produksi padi di NTT. Ketua Kelompok Tani Maju Bersama Muhamad Ibrahim pada Jumat pekan lalu, kepada Floresa.co menceritakan kelompoknya dan juga petani lain di Lembor kesulitan mencari pupuk subsidi di pengecer.
Dia mengatakan bila kondisi ini dibiarkan hingga pertengahan Maret ini, maka akan mengancam produktifitas sawah di Lembor tahun ini.
Di kelompok Tani Maju Bersama, misalnya, menurut Ibrahim tahun ini ditargetkan tingkat produksi gabah mencapai 11 ton per hektare meningkat dari realisasi tahun lalu yang mencapai 9 juta ton per hektare. Namun, kata dia, target tersebut bakal meleset bila kondisi kelangkaan pupuk dibiarkan.
Anggalus Apul mengatakan tahun ini, untuk Januari 2015 lalu, kuota pupuk untuk Kecamatan Lembor sebanyak 87,39 ton. Pada Februari ditingkatkan menjadi 145,66 ton dan Maret menjadi 109,22 ton. (PTD/Floresa)