“Kompiang”, Kue China Rasa Manggarai

Ruteng, Floresa.co – Kompiang, nama kue berbentuk oval ini sudah tak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Manggarai. Warna coklat yang dimilikinya terbentuk oleh pembakaran di atas bara atau oven. Di salah satu sisinya ada butiran-butiran kecil yang disebut longa. Maka namanya pun menjadi kompiang longa.

Ketika orang-orang bepergian ke luar dari Manggarai, kompiang seakan sudah menjadi  ole-ole wajib. Bagi warga Manggarai di perantauan, rasanya belum afdol kalau tak bawa kompiang ketika kembali dari liburan.

Tapi taukah Anda asal-usul kompiang? Harianto, pemilik toko Tarsan yang juga satu-satunya produsen kompiang di Ruteng menuturkan, kompiang mulai muncul di kota Ruteng pada tahun 1983-1984. Saat itu, ibunya terinspirasi membuat kue khas China di Manggarai.

“Mama saya dulu membuat kompiang ini, lantaran dipesan dari salah satu dinas di Kabupaten Manggarai,” cerita Harianto anak dari pembuat Kompiang, kepada Floresa.co, di Ruteng, Rabu (12/11/2014).

Di negeri China sendiri, kue serupa bentuknya sedikit berbeda. Ada lubang di bagian tengahnya.Namun, Ibu Harianto, yang pertama kali membuat kompiang di Manggarai memodifikasinya dengan menghilangkan lubangnya.

Harianto meceritakan ide membuat kompiang ini bermula dari kebangkrutan orang tua ibunya yang menjadi kontraktor proyek pemerintah saat itu. “Saya masih ingat saat itu, Kompiang kami jual dengan harga Rp 25 per bijinya,” kenang Harianto.

Dulu kata dia, cara pembuatannya pun masih sagat tradisional. Keluarganya membuat kompiang di atas tungku api selama 11 sampai 12 jam . Biasanya dilakukan malam hari.

“Keesokan harinya kami sudah berjual keliling. Saya masih ingat saat itu saya masih SD membantu ibu berjualan ketika pulang sekolah,” kata Harianto. Saat itu, menurutnya, omzet tiap hari rata-rata Rp 50.000.

Seiring waktu, kompiang makin dikenal. Perlataan dalam proses pembuatannya pun terus berkembang. “Sekarang hanya membutuhkan waktu tiga setengah jam kue kompiang sudah siap jual. Tapi tetap menjaga kualitas dan keasliannya,” tuturnya.

Omzet penjualannya pun bertambah banyak. Saat ini sehari, kata Harianto bisa meraup pendapatan  Rp 1 juta-Rp 2 jutaan.

Layaknya bisnis yang lain, usaha kompiang ini kata dia juga menghadapi banyak tantangan. Diantaranya, makin banyak orang yang melakukan imitasi atau membuat produk serupa.

Namun, itu tak menyurutkan semangatnya. Bagi dia,kompiang yang dibuatnya tetap memiliki kekhasan. Karena itu, dia pun enggan berbagi racikan kompiang miliknya.

Karena makin ketatnya persaingan, ke depan dia berencana menggiatkan penjualan di tiap-tiap terminal bus di Manggarai. Saat ini, kata dia, kebanyakan para pembeli data sendiri ke tokohnya.

“Setiap orang dari luar dan orang Manggarai yang mau keluar akan beli sendiri di sini sebagai ole-ole,” tuturnya.

Dia juga belum berencana untuk mengembangkan model kemitraan dengan pihak lain dalam memasarkan produk kompiangnya. “Model kerja kita masih berjualan sendiri,” ujarnya. (ADB/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini