Sidak ke Kantor PJTKI “Nakal” di Kupang, Menteri Dakhiri Mengamuk

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri

Floresa.co – Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantor PJTKI ‘nakal’ di Kupang, Rabu (26/11/2014).

Sekitar pukul 22.20 WITA, Hanif melakukan sidak di Kantor PT Malindo Mitra Perkasa (MMP), sebuah PJTKI yang terletak di RT 019, Rw 007, Kelurahan Maulafa, Kecamatan Maulafa.

PT Malindo Perkasa merupakan PJTKI yang digerebek Brigadir Rudi Soik cs. Dalam penggerebekan tersebut, Brigadir Rudi menemukan 52 calon TKI. Namun penyelidikan kasusnya dihentikan atasan Rudi, sehingga Rudi melaporkan atasannya itu ke Mabes Polri, Ombudsman, dan Komnas HAM.

Kehadiran Hanif bersama disambut salah seorang pengurus PT Malindo, Sesilia Solo.

Kepada Hanif, Sesilia mengaku ada 11 CTKW yang sedang ditampung di kantornya. Selanjutnya Hanif meminta Sesilia untuk menunjuk 11 CTKW yang dimaksudkan itu. Saat dua pintu kamar dibuka, tampak 11 wanita dalam keadaan gugup.

Mengingat para CTKW ketakutan saat diwawancarai, Hanif meminta Sesilia untuk menunjukan kelengakapan dokumen dari 11 CTKW yang direkrut itu. Salah satu CTKW bernama Maria kemudian dipanggil.

Maria mengaku kalau tanggal 3 Desember mendatang, keberadaannya di PT Malindo akan genap dua bulan. Selama di penampungan, mereka tidak pernah diberi kursus pelatihan untuk persiapan menjadi pembatu rumah tangga di Malaysia.

“Kami di sini hanya masak, cuci, negepel lantai. Kursus dan pelatihan tidak pernah. Pengurus di sini bilang, tunggu sampai di kantor pusat baru kami dilatih,”ujarnya.

Maria menambahkan, mereka dijanjikan gaji sebesar Rp 3.000.000. Namun selama enam bulan bekerja, setengah dari gaji itu akan dipotong untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan pihak perekrut.

Usai mewawancarai Maria, hanif kembali menemui CTKW lainnya. Saat ditanya, semua CTKW itu mengaku berasal dari Kecamatan Wejewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya. Mereka direkrut Ferianto Umbu Nono, kepala cabang PT Malindo.

Selanjutnya mata Hanif tertuju pada selembar kertas yang didalamnya berisi tata tertib PT Malindo. Hanif menggelengkan kepala ketika membaca salah satu aturan, dimana CTKW dilarang membawa handphone ke tempat penampungan. Saking kesalnya, Hanif memanggil Sesilia dan memberitahukan kepadanya untuk segera menutup kantor tersebut malam tadi juga.

Alasannya, kantor cabang hanya diperkenankan untuk merekrut dan mendata CTKW, bukan untuk menampung CTKW.

“Saya minta malam ini juga kantor harus segera ditutup. Paling lambat besok. Tolong bapak-bapak anggota DPRD mengawasi ini besok (hari ini red),” ungkapnya.

Seakan tidak puas, Hanif kembali memeriksa dokumen, khususnya surat keterangan sehat. Surat keterangan sehat itu dikeluarkan oleh Klinik Mamase. Ironisnya, saat ditanyakan ke para CTKW, kebanyakan mengaku tidak memeriksakan kesehatan di Klinik Mamase, melainkan di Klinik Citra.

“Saya minta kantor ini segera ditutup. Tidak ada kompromi!,” tegasnya.

Sebagaimana dilaporkan Timor Express, Hanif sempat bernada tinggi kepada kuasa hukum PT Malindo Mitra Perkasa, Niko Ke Lomi yang meminta pengertian dari sang menteri agar tidak menutup kantor ini, sebelum para CTKW menyelesaikan semua pengurusan pasport.

Sang menteri dan rombongan akhirnya kembali ke penginapan sekira pukul 11.30 Wita, sembari mengingatkan agar kantor tersebut tetap ditutup.

Pemilik Malindo Dekat dengan Petinggi Polri

PT Malindo Mitra Perkasa sudah beberapa kali dilapor ke Kepolisian Daerah (Polda) NTT karena dugaan kasus perdagangan manusia. Namun, menurut Direktur Padma Indonesia, Gabriel Sola, kasus-kasus tersebut mengendap di Polda NTT.

PT Malindo Mitra Perkasa adalah perusahaan pelaksana penempatan tenaga  kerja swasta yang berkantor di Depok, Jawa Barat. Direktur Utamanya adalah Arianisti Zulhanita Putri Basry.

Gadis kelahiran Makasar 27 Januari 1993 ini adalah putri M. Basri Djalil dan Jumriah Sulaeman.  Arianisti pernah menjadi Putri Depok 2010 dan tercatat sebagai putri Indonesia 2011 dengan menyandang predikat Putri Indonesia Favorit wilayah Jawa Barat.

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UI ini, pernah tampil menyanyikan lagu NTT pada HUT ke-67 Bhayangkara di Stadion Ricky HP Sitohang, Kupang pada Senin (1/7/2013).

Menurut laporan Majalah Tempo 2 November 2014, ibunya Jumirah Sulaeman mengenal dua petinggi di kepolisian yaitu Kombes Pol Sam Kawengiang, Direktur Reserse Pidana Umum Polda NTT dan Brigadir Jenderal Alexander Marten Mandalika, Kepala Pusat Laboratorium Forensik Rerserse Umum Mabes Polri.

Menurut Jumirah, sebagaimana dilaporkan Tempo, kedua pentinggi kepolisian itu adalah teman masa kecilnya di Gowa, Sulawesi Selatan. Ia mengenal mereka ketika tinggal di asrama polisi bersama orang tua masing-masing.

Ketiganya terus menjalin kontak ketika sama-sama hijrah ke Jakarta.”Soal kasus, saya tak pernah bicara dengan mereka,”ujar Jumirah Sulaeman kepada Tempo. (ARL/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini