Dinilai Sebagai Pemicu Buruknya Jalan Ruteng-Iteng, Ini Penjelasan Kontraktor

Ilustrasi jalan rusak (Foto: Ist)
Ilustrasi jalan rusak (Foto: Ist)

Ruteng, Floresa.co – Kondisi jalan raya di Kabupaten Manggarai – Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menghubungkan kota Ruteng dan Iteng, Kecamtan Satar Mese berlubang-lubang, meski baru saja diperbaiki dua bulan lalu.

Paket rehabilitasi dan pemeliharaan ruas jalan tersebut yang dikerjakan oleh CV Tiga Putra Sejati tidak saja dikeluhkan oleh masyarakat, tetapi juga Bupati Manggarai Cristian Rotok. Kecaman ditujukan kepada CV Tiga Putra yang dianggap tidak becus.

Namun, pemilik CV tersebut membela diri dan menyebut kerusakan yang terjadi bukan karena disengaja, tetapi karena kekurangan dana.

Meski bersedia diwawancarai Floresa.co, Kamis (8/1/2015), namun ia meminta agar tidak mengungkap identitasnya ke publik.

“Jalan Ruteng-Iteng itu sebenarnya tidak layak status pemeliharaan saja sebab traffic yang sangat tinggi dan resikonya tinggi. Ia terlalu kecil dan sempit, mestinya pembangunan harus ke peningkatan,” tuturnya.

Jika pembangunan berbasis peningkatan, sebutnya, dana pekerjaan harus semakin besar dikuncurkan. Demikian sebaliknya, jika pembangunan hanya berbasis pemeliharaan saja maka dana yang dikuncurkan tidak lebih dari dua miliar rupiah, bahkan kurang dari jumlah tersebut.

Selain itu, kata dia, dalam mengerjakan jalan jalur Ruteng-Iteng, pihaknya menemukan kendala akibat kerusakan badan jalan yang lama. Adapula kendala lain seperti belum adanya drainase yang membuat air masuk ke badan jalan.

“Pekerjaan yang kita butuhkan untuk mendukung kualitas jalan itu tidak ada dalam RAP (Rencana anggaran biaya proyek pembangunan-red). Begitu kita ngotot malah tidak diizinkan. Walau itu pekerjaan minor tetapi sangat dibutuhkan sebenarnya,” tegasnya.

Ia mengaku, secara terpaksa di beberapa titik yang kondisinya sudah rusak sebelum pengerjaan seperti tembok penahan, drainase, perbaikan bangunan lama, dan lain-lain ia perbaiki walau tidak ada dalam RAP.

Kendala lain yang ia temukan, RAP lebih mengejar target panjang tanpa melihat dengan jelimat struktur dan kondisi tempat.

“Kalau dia bilang (pekerjaannya) dua kilometer, berarti wajib dua kilometer. Dia tidak lihat baik kondisi tempatnya,”ujarnya.

Pembangunan hotmix dengan total jarak 700-an meter yang dipilahkan dalam 4 segmen, jelas dia, sebagian dibangun diatas hotmix yang masih utuh dan sebagiannya pula dibangun agregat atau mulai dari dasar.

“Tiga ratusan meter kita mulai dari dasar selebihnya bangun di atas bangunan yang ada. Walau itu tidak ada dalam RAP, mau tidak mau kita harus bertanggung jawab seluruhnya,” katanya.

Ia menambahkan, pekerjaan jalur yang berlokasi di Wae Mantar hutan Negara Golo Lusang itu penuh dengan kehati-hatian.

“Satu pohon kecil saja yang ditumbang atau secara tidak sengaja melebarkan jalan, langsung berhadapan dengan KSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam-red),” katanya.

Pemilik CV tersebut menambahkan, pihaknya belum berani melakukan serah terima atau Provisional Hand Over (PHO) terhadap pengerjaan tersebut. Semua keuangan pun belum ia cairkan.

“Biarkan saya terima denda saja nanti,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Pembangunan jalan hotmix dari Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga provinsi NTT itu terlihat retak dan lubang-lubang di titik-titik tertentu, terutama di lokasi Wae Mantar dan sekitarnya. (ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini