Floresa.co – Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) yang kini sudah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi baru Indonesia ternyata memiliki segudang spot pariwisata.
Selain Komodo yang sudah mendunia, pantai yang indah, persawahan dan sejumlah objek wisata lainnya, kabupaten di bagian barat Pulau Flores itu juga memilliki istana ular.
Letaknya di Desa Galang, Kecamatan Welak. Berada persis di tengah-tengah, antara Kota Labuan Bajo-ibu kota Mabar dan Ruteng-ibu kota Kabupaten Manggarai. Menuju ke istana ular ini, jika berkendara dari pertigaan Desa Wol, dapat ditempuh dengan jarak 5 kilometer dan memakan waktu kurang lebih satu jam.
Spot pariwisata baru ini, berada tepat di lingko (lahan) warga kampung Galang dan Kampung Weto – di bawah kaki Gunung.
Tempat hunian ular yang berbentuk gua ini, menjadi rumah puluhan bahkan ratusan ular dari ukuran terkecil hingga yang sangat besar. Warnanya juga beragam.
Di depan gua, terdapat Sungai Wae Raho, dengan lebar 30-50 meter, dimana airnya dialirkan untuk irigasi pertanian warga Desa Lale, Kecamatan Welak.
Sabtu, 14 Maret 2018, rombongan wartawan Mabar, bersama ratusan warga Desa Galang yang dipimpin kepala Desa Galang Ari Samsung menyusuri lokasi itu.
Sekitar 45 menit berjalan kaki dari ujung aspal di desa itu, rombongan melintasi ratusan anak tangga yang dibuat pemerintah daerah. Perjalanan yang menantang. Namun, tidak menyulutkan niat rombongan untuk melihat secara langsung sejumlah ular yang ramai diceritakan.
Tiba di depan pintu Gua, salah satu pawang yaitu Damianus Harum melaksanakan ritual adat dengan menaruh sebutir telur ayam kampung.
Dalam ritual itu, pawang tersebut meminta sejumlah ular menunjukan keberadaan mereka.
Usia melakukan ritual, dengan bantuan alat penerangan dari Senter dan telepon genggam yang memiliki senter, rombongan perlahan-lahan memasuki gua yang panjangnya seperti tak berujung.
Mulut gua tersebut tidak terlalu besar, berdiameter sekitar 5 meter. Pengunjung bisa masuk berdiri tanpa harus merunduk.
Rombongan harus melewati jalan yang becek. Namun, belum sampai 10 meter dari pintu masuk, rombongan mulai menemukan sejumlah ular yang sedang tidur, tepat pada bagian kiri dan kanan sungai yang ada di dalam Gua.
Perbedaan temperatur sangat terasa. Panas dan tercium bau yang asing.
Selain ular, pada bagian atap gua ditemukan ribuan kalong yang beterbangan.
Floresa.co yang juga ikut bersama rombongan ke dala gua itu berhasil menyusuri gua itu hingga ratusan meter. Meski dengan jarak demikian, belum juga ditemukan batas atau ujung gua tersebut.
Dorteus, warga Galang yang ikut bersama rombongan, kepada wartawan mengaku sudah berkali-kali masuk ke dalam gua itu.
Bahkan dirinya sudah pernah memandu wisatawan dari Jerman yang datang untuk mengukur panjang gua.
“Kami membawa meteran dengan panjang 500 meter. Itu pun belum menemukan ujung dari gua itu. Dari panjang dua ratus meter saat sudah masuk ke dalam kami menggunakan oksigen yang dimiliki wisatawan itu,” jelasnya.
Menurutnya, puluhan ular ditemukan saat dirinya masuk ke dalam gua beberapa waktu lalu.
“Ada yang besar sekali warnah putih. Panjangnya puluhan meter. Karena diukur oleh mereka orang Jerman itu,” ujar Dorteus.
Sementara, Pawang Damianus Harum yang juga warga Desa Galang, pada kesempatan itu mengatakan, tujuan dari pembuatan ritual sebelum masuk ke dalam gua agar pengunjung atau siapa saja yang pulang dari gua tidak mengalami kejadian yang tak diinginkan, misalnya sakit.
Namun, dirinya tidak mendapat cerita pasti tentang keberadaan sejumlah ular itu.
Ia hanya mengucapkan rasa syukurnya atas keberadaa ular-ular tersebut. Ia pun mengajak untuk melestarikan dengan tidak mengganggu keberadaan mereka.
“Itulah ciptaan Tuhan. Tugas kita sekarang menjaga mereka,” ujarnya meneguhkan.
Sementara Ari Samsung berharap agar pemerintah kabupaten segera menyerahkan pengelolannnya ke pemerintah desa.
Selain untuk meningkatkan pendapatan desa setempat, juga agar dikelola secara profesional.
“Saya sudah sampaikan ke Pemda secara lisan. Akan saya minta secara formal. Agar bisa dioptimalkan dan akan menggandeng sejumlah rekan-rekan pelaku wisata,” kata Ari yang juga tidak mengetahui secara pasti berapa populasi ular di istana itu.
Ferdinand Ambo/ARJ/Floresa