Gagal Terpilih Kembali, Pimpinan DPRD Manggarai Timur Ungkap Kekecewaan terhadap Keluarga, Sebut ‘Tuhan Yesus Tidak Menutup Mata’

Kekecewaannya terungkap dalam sebuah rekaman suara

Floresa.co – Rekaman suara bernada kekecewaan dari seorang Caleg di Manggarai Timur beredar luas di aplikasi percakapan digital pada 28 Februari.

Sumber Floresa menyebutkan bahwa suara dalam rekaman itu adalah milik Bernadus Nuel, salah satu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] kabupaten itu.

Dalam rekaman itu, Nuel, Wakil Ketua 1 DPRD Manggarai Timur, geram lantaran keluarganya tidak mendukungnya, yang membuat ia tidak terpilih lagi pada Pemilu 14 Februari.

“Maram pilih atas ise, toe ma coon. Hanya hitus ata buta mata’d, toe ma lelo pande daku,” katanya dalam Bahasa Manggarai: Biar mereka pilih orang lain, tidak apa- apa. Hanya mereka itu buta matanya, tidak melihat apa yang sudah saya buat. 

Nuel, politisi Partai Hanura kembali bertarung dalam Pemilu tahun ini, merebut kursi legislatif dari daerah pemilihan II, meliputi Kecamatan Lamba Leda Selatan dan Lamba Leda Timur. 

Ia gagal terpilih setelah Caleg lain dari Partai Hanura di daerah pemilihan itu, Gaspar Hasan, mengungguli jumlah suaranya.

Merujuk pada data di situs Komisi Pemilihan Umum, per 28 Februari, dari total 56 persen suara yang sudah dihitung, Gaspar meraih 922 suara, sementara Nuel 753 suara.

Dalam rekaman suaranya, Nuel mengaku sudah banyak bekerja untuk masyarakat selama menjadi anggota dewan, termasuk menyuarakan pembangunan sekolah dan pekerjaan jalan, bahkan memberikan bantuan ternak kambing untuk masyarakat. 

“Mangas ata weli deko alas laku iwod. Kong, bom buta mata de Mori Yesus,” katanya: Ada juga yang saya belikan celana dalamnya. Biar saja, Tuhan Yesus tidak menutup mata. 

Floresa menghubungi Nuel pada 28 Februari. Namun, permintaan wawancara via WhatsAppnya terkait rekaman suara itu hanya dibaca.. 

Nuel dikenal sering menggunakan fitur voice note (pesan suara) saat berkomunikasi melalui aplikasi percakapan digital, termasuk Whatsapp.  

Sebelumnya, beberapa pesan suaranya sempat viral di media sosial dan menjadi perbincangan publik. 

Pada Juli 2020, ia pernah terlibat polemik dengan Saverinus Jena, salah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Jakarta.

Nuel mengirimkan pesan suara berisi kata-kata makian dan ancaman pembunuhan karena Saverinus mengkritik kebijakan Bupati Andreas Agas, menerbitkan izin lokasi pabrik semen di Desa Satar Punda.

Kasus ini kemudian diselesaikan secara adat Manggarai, dimana Nuel membayar denda adat dan meminta maaf kepada Severinus dan keluarganya. 

Sebelum menjadi anggota DPRD Manggarai Timur, Nuel bekerja sebagai preman di Jakarta, hal yang sudah ia akui secara terbuka, termasuk saat konflik dengan Saverinus.

Ia mengatakan selama hidup di jalanan di Jakarta selama 20 tahun itu, pernah menjadi pengawal Wiranto, purnawirawan TNI sekaligus pendiri Partai Hanura.

Nuel baru terjun ke dalam politik pada 2019 dan berhasil meraih simpati masyarakat Lamba Leda yang mengantarkannya menduduki kursi pimpinan DPRD.

Selain Nuel, anggota DPRD Manggarai Timur lainnya yang pernah menjadi preman adalah Salesius Medi.

Tidak seperti Nuel, politisi PDI Perjuangan itu kembali terpilih dan meraih suara terbanyak pada Pemilu tahun ini.

Medi, yang maju dari daerah pemilihan I – Kecamatan Borong dan Rana Mese – digadang-gadang akan menduduki kursi Ketua DPRD Manggarai Timur, karena PDI Perjuangan diperkirakan menjadi peraih kursi terbanyak, dengan total lima kursi.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA