Floresa.co – Koalisi 16HAKTP Labuan Bajo akan menggelar diskusi publik tentang upaya perlindungan perempuan dan anak, bagian dari rangkaian Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan [16HAKTP] 2023.
Diskusi tersebut, yang diadakan pada Sabtu, 9 Desember 2023 secara daring melalui Zoom Meeting pada pukul 18.30 Wita sampai selesai, menghadirkan empat orang pembicara.
Mereka adalah Theresia Iswarini dari Komnas Perempuan, Rizki Mareta dari Koalisi Perempuan Indonesia, Ansy Rihi Dara dari LBH APIK NTT, dan Sr. Frederika Tanggu Hanna, biarawati Katolik dari JPIC SSpS Flores Barat.
Koalisi 16HAKTP mengatakan diskusi bertajuk “Perspektif HAM dalam Upaya Perlindungan Perempuan dan Anak” tersebut bertujuan untuk mendiskusikan secara terbuka terkait isu perempuan dan anak agar publik memiliki “pengetahuan dan solidaritas bersama atas dasar kesadaran bersama bahwa perjuangan anti kekerasan adalah perjuangan bersama melawan pelanggaran HAM”.
Henny Dinan, Direktur Sunspirit for Justice and Peace mengatakan diskusi tersebut akan menghadirkan pembicara dari unsur institusi negara dan masyarakat sipil, dengan harapan agar ada kolaborasi dan kerja sama dalam perlindungan perempuan dan anak.
“Representasi kita di institusi negara diwakili oleh Komnas Perempuan. Kita berharap kehadiran mereka mengantar lembaga tersebut lebih dekat ke tengah komunitas perempuan di Flores,” ungkapnya.
Ia mengatakan, kehadiran institusi negara penting untuk “mendengarkan secara langsung bagaimana kekerasan tersebut terjadi dalam berbagai bentuk di Flores dan NTT umumnya”.
Pembicara lainnya, kata dia, memiliki rekam jejak yang baik dalam pendampingan perempuan dan anak.
“Kita berharap negara lebih peka pada realitas perempuan dan anak, juga lebih banyak lagi pihak yang terlibat dalam isu perempuan, serta berupaya menghadirkan ruang aman bagi korban,” katanya.
Sementara itu, Mershinta Ramadhani dari Puanitas Indonesia mengatakan diskusi tersebut mengajak publik untuk “membaca kekerasan terhadap perempuan dari kacamata hak asasi manusia.”
“Kita berharap [setelah diskusi] akan muncul kesadaran dan pemahaman kolektif dalam masyarakat kita terhadap fenomena sosial kejahatan kemanusiaan dalam bentuk kekerasan berbasis gender yang kebanyakan dialami oleh perempuan dan anak,” ungkapnya.
Koalisi 16HAKTP Labuan Bajo yang diinisiasi Sunspirit for Justice and Peace, Puanitas Indonesia, Yayasan Ani’s, dan Rumah Singgah St. Theresa dengan media partner Floresa menggelar kampanye tersebut untuk pertama kalinya pada tahun ini.
Diskusi tersebut adalah salah satu dari beberapa agenda yang diadakan oleh koalisi, selain Ruang Tuang Pikiran, yaitu kesempatan menulis artikel tentang isu perempuan dan anak yang dipublikasikan di Floresa. Koalisi mengusung tema umum “Perempuan Melawan; Galang Solidaritas Hapus Kekerasan.”
Secara global, kampanye 16 HAKTP ini berlangsung tahunan, mulai tanggal 25 November, yaitu Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan hingga Hari Hak Asasi Manusia tanggal 10 Desember.
Dua peringatan ini “dihubungkan secara simbolik” atas dasar kesadaran bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah bentuk pelanggaran HAM.
Pada tahun 2023, UN Women mengangkat tema “UNITE! Invest to prevent violence against women and girls”, dalam rangka mendorong partisipasi aktif negara-negara mengalokasikan anggaran untuk pencegahan dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu, tema ini juga juga mendorong solidaritas antara gerakan-gerakan sosial di seluruh dunia.