Di Balai Benih Ikan Pemkab Manggarai: Transaksi yang Tak Ada Kuitansi

Ruteng, Floresa.co – Kamis pagi, 1 Maret 2018, suasana balai benih ikan milik Dinas Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manggarai tampak sepi.

Seorang petugas di balai yang terletak di Redong, Kecamatan Langke Rembong itu mengenakan celana jeans warna hitam yang digulung hingga lutut.

Dipadukan dengan baju kaos warna merah bertuliskan Polisi Pamong Praja Kabupaten Manggara, ia tampak sedang memeriksa kolam-kolam ikan.

Pria yang mengaku bernama Stef itu ditemani seorang anaknya yang masih kecil.

Setelah memberi makan ikan di kolam, ia menghampiri wartawan Floresa.co yang menyamar sebagai pembeli ikan.

Melihat ikan besar di dalam kolam, wartawan menyatakan hendak membeli beberapa ekor ikan tersebut.

“Yang besar tidak dijual pak. Yang besar ini induknya supaya bisa menghasilkan benih. Benihnya saja yang dijual,” kata petugas itu.

Ia mengatakan jumlah kolam pembibitan ikan di tempat itu sebanyak 30 buah.

Ada beberapa kolam berisi ikan-ikan besar seukuran lengan orang dewasa.

Beberapa kolam lainnya berisi ikan-ikan kecil. “Ini untuk bibit. Ini yang dijual. Harganya Rp 20 ribu per ekor,” jelasnya.

“Ini jenis nila, cocok untuk daerah dingin,” lanjutnya.

Ia mengatakan, kalau beli benih ikan, sebaiknya dalam jumlah banyak, misalnya 100 sampai 200 ekor supaya bisa bertahan dan cepat berkembang.

“Nanti kalau beli sedikit, bisa hilang di kolam. Apalagi kalau mau pelihara di petak sawah. Sebaiknya beli banyak,” katanya.

Ia mengatakan, tidak banyak yang membeli ikan-ikan itu. Namun, biasanya para pemberi membeli benih dalam jumlah banyak.

Ia pun mengambil alat tangkap berupa jaring kecil dan pakan untuk memudahkan penangkapan. Ia mengambil ikan pada dua kolam berbeda.

Awalnya wartawan hanya berniat membeli 20 ekor. Namun, ia menawarkan untuk membeli 25 ekor.

“Beli dua puluh lima ekor saja supaya genap Rp 50,” tawarnya, lalu disetujui wartawan.

Setelah menghitung jumlah benih ikan, ia menaruhnya di dalam ember berisi air, lalu memindahkannya ke dalam plastik.

Kemudian, ia mengisi oksigen sebelum mengikat ujung plastik. “Ini bisa bertahan selama tiga sampai empat jam,” katanya.

Tak lupa ia menjelaskan tips agar ikan tersebut bisa bertumbuh dengan sehat.

Wartawan Floresa.co pun mengeluarkan selembar uang nominal Rp.50.000 untuk membayar ikan tersebut. Sang petugas menerima uang itu tanpa menyerahkan kuitansi atau bukti jual beli benih ikan.

“Tidak perlu,” katanya ketika wartawan menanyakan kwitansi atau nota penjualan benih ikan.

Sambil berlalu setelah menerima uang, ia mengatakan, kalau mau membeli benih ikan lagi, silahkan datang ke tempat tersebut.

Sebelumnya, Floresa.co mendapat informasi dari sejumlah pembeli ikan di balai itu bahwa setiap kali transaksi, petugas tidak pernah menyerahkan bukti, berupa kuitansi atau bukti lainnya.

EYS/ARJ/Floresa 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA