Air Sering Macet, Iurannya Stabil; Warga Keluhkan Pelayanan BLUD SPAM Unit Mano

BLUD SPAM mengaku menerima banyak keluhan warga, menyebut pemicu karena debit air berkurang dan ada oknum yang merusak pipa

Baca Juga

Floresa.co – Warga di wilayah Mano, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengeluhkan layanan air milik badan pemerintah yang kerap macet, sementara mereka tetap diwajibkan lancar membayar iuran.

Menurut sejumlah warga yang berbicara dengan Floresa, masalah dengan air dari Badan Layanan Umum Daerah Sistem Penyediaan Air Minum [BLUD SPAM] Kabupaten Manggarai Timur Unit Mano itu terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Eli Tumi, 67, warga Kampung Weri Waso, Kelurahan Mandosawu mengatakan air mengalir ke rumahnya dengan “jadwalnya yang tidak tentu.”

“Kadang sekali seminggu, kadang juga sekali dalam dua minggu,” katanya.

“Dalam dua dua minggu terakhir, baru hari ini air mengalir ke rumah saya,” ungkapnya, Selasa, 12 September.

Pegawai BLUD SPAM Unit Mano sedang memperbaiki pipa air di Dusun Pelus, Desa Golo Lobos, pada Jumat, 15 September 2023. (Foto: Herry Kabut/Floresa.co)

Patris Aburman, 27, warga Kampung Pelus, Desa Golo Lobos juga mengeluhkan hal yang sama.

Ia mengatakan, “jadwalnya tidak jelas” kapan air ke rumahnya mengalir.

“Kami tidak tahu kapan air keluar, kapan tidak,” kata Patris.

“Kami kadang harus menunggu sampai larut malam,” tambahnya.

BLUD SPAM Sering Terima Keluhan

Damas Lenggos (45), Kepala BLUD SPAM Unit Mano mengakui pihaknya mengetahui keluhan para pelanggan.

Keluhan, ia akui, sering disampaikan warga, baik secara langsung kepadanya, maupun kepada pegawai BLUD SPAM.

“Ada yang menyampaikan keluhannya dengan datang langsung ke rumah, ada juga yang melalui telepon, ada juga yang menyampaikan keluhannya pada saat ketemu di jalan,” ungkap Damas kepada Floresa di rumahnya pada 14 September.

Ia menjelaskan, ada dua hal yang menyebabkan macetnya aliran air di wilayah Mano, yaitu debit air yang kecil dan perilaku tidak bertanggung jawab oknum warga tertentu.

Air yang dimanfaatkan BLUD SPAM Unit Mano, kata dia, adalah dari mata air Wae Ros dan Wae Roda, yang karena musim kemarau berdampak pada debit keduanya. 

Kedua mata air itu berada di tanah ulayat atau lingko warga Kampung Bealaing, di kaki Gunung Mandosawu.

“Kalau musim kemarau, debit air di mata air Wae Ros cenderung kecil,” katanya.

Sementara di Wae Roda, kata dia, selalu ada masalah di hulunya, di mana ada oknum yang membelokkan aliran air untuk mengairi areal persawahan. 

“Akibatnya, aliran air ke rumah-rumah warga menjadi kecil dan waktu pegawai BLUD SPAM terkuras hanya untuk mengecek dan memperbaiki gangguan di pusat mata air Wae Roda,” katanya.

Ia menambahkan, ada juga warga tertentu yang yang mencabut sambungan pipa, bahkan melubangi pipa yang ditanam di kebun mereka.

Aksi seperti itu, kata dia, lagi-lagi dilakukan untuk menyuplai air ke areal persawahan.

Padahal, kata Damas, debit air dari Wae Roda sebetulnya cukup memadai untuk dialirkan ke seluruh wilayah Mano. 

Saat ini layanan BLUD SPAM Unit menjangkau lima desa dan satu kelurahan.

Air  dari  Wae Ros dialirkan ke Desa Bangka Pau [Kampung Bealaing], Desa Golo Lobos [Kampung Lame], dan sebagian wilayah di Kelurahan Mandosawu. 

Sementara dari Wae Roda dialirkan ke sebagian wilayah Kelurahan Mandosawu, Desa Golo Lobos [Kampung Pelus), Desa Compang Wesang [Kampung Golo Ara], Desa Satar Tesem [Kampung Taku] dan Desa Bangka Kuleng.

Bak penampungan air di rumah warga yang hampir kosong karena aliran air BLUD SPAM tidak stabil. (Foto: Herry Kabut/Floresa.co)

Iuran Tetap Stabil

Sementara airnya macet, warga mengaku tetap stabil membayar iuran, baik secara langsung di kantor BLUD SPAM Mano maupun saat ditagih petugas dari rumah ke rumah.

Eli Tumi mengatakan, ia rutin membayar iuran di Kantor BLUD SPAM.

Jumlahnya, kata dia, bervariasi setiap bulannya. “Kadang Rp 15.000, kadang juga Rp. 24.000 per bulan,” katanya.

Sementara Patris Aburman biasa membayar iuran ke petugas yang menagihnya ke rumah.

Ia mengatakan pernah mengeluhkan air yang macet itu kepada petugas.

“Saya katakan, kenapa saya harus rutin membayar iuran bulanan, toh aliran air ke rumah saya tidak lancar. Percuma saya bayar iuran kalau airnya tidak lancar”, tukasnya.

Namun, ia tidak mendapat jawaban yang jelas.

Erna Nesem, warga Dusun Pelus yang mulai berlangganan air pada April 2023 mengatakan mulai rutin membayar iuran pada Juli.

“Kami membayar iuran bulanan ketika petugas BLUD SPAM datang ke rumah,” katanya, sambil mengatakan, petugas tidak pernah memberinya slip bukti pembayaran.”

Perihal pembayaran iuran yang mesti tetap stabil setiap bulan, Damasus Longgos mengatakan, sistemnya memang demikian.

Jika tidak dibayar, kata dia, sewaktu-waktu petugas BLUD SPAM menyegel meteran.

“Kalau meteran disegel, maka secara otomatis pelanggan tidak dapat mengakses air bersih,” katanya.

Ia menjelaskan, jumlah iuran disesuaikan dengan Peraturan Bupati Manggarai Timur Nomor 06 Tahun 2023, yang meminta UPTD SPAM menyesuaikan Tarif Air Minum dengan kelompok pelanggan.

Peraturan tersebut menetapkan empat kelompok pelanggan. Kelompok I terdiri dari kelompok sosial umum dan khusus. Kelompok II terdiri dari Rumah Tangga A, Rumah Tangga B, dan Instansi Pemerintah. Kelompok III terdiri dari Niaga Kecil, Niaga Besar, Industri Kecil, dan Industri besar. Kelompok IV pelanggan khusus.

Damasus mengatakan, pembayaran iuran bisa dilakukan di kantor BLUD SPAM atau diberikan langsung ke pegawai lapangan. Untuk metode yang kedua ini, BLUD SPAM tidak menyediakan kuitansi khusus. 

“Kuitansi hanya akan diberikan jika pelanggan meminta bukti pembayaran. Kami biasanya menulis saja di kertas biasa nominal biaya yang dibayarkan pelanggan,” katanya.

Kalau mau mendapat kuitansi khusus, kata dia, pelanggan mesti membayar iuran melalui Bank BPD NTT.

“Nanti di situ langsung muncul data pemakaian air dan jumlah tagihan. Tetapi, pelanggan jarang sekali membayar lewat Bank BPD NTT,” katanya.

Timba Air di Tempat Jauh

Sementara air bersih BLUD SPAM Unit Mano lebih sering macet, pelanggan harus menimba air di tempat lain. 

Di wilayah Mano, ada beberapa tempat yang menjadi alternatif mereka, yakni di Pong Dode, Ngalor Torok, dan di Pastoran Stasi Lame.

Wili Jandu, 26, warga Pelus mengatakan biasa menimbah air di pastoran Stasi Lame.

“Kami juga pergi mencuci pakaian di sana,” katanya Rabu, 13 September.

Sementara Eli Tumi mengaku biasa ke Pong Dode untuk mengambil air “karena itu yang paling dekat.”

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini