Perempuan Poco Leok Latih Buat Pembalut Ramah Lingkungan, Cara untuk Berdaya di Tengah Tekanan Proyek Geotermal

Pembalut ramah lingkungan menyehatkan organ reproduksi sekaligus membantu menjaga keseimbangan alam

Floresa.co – Komunitas kaum muda Rumah Baca Aksara [RBA] menginisiasi pelatihan pembuatan pembalut ramah lingkungan bagi sekitar 30 perempuan di Poco Leok, wilayah di Kabupaten Manggarai yang sedang menghadapi polemik terkait proyek geotermal.

Dalam pelatihan 7 Juli itu, RBA yang berbasis di Ruteng, ibu kota Manggarai berkolaborasi dengan sejumlah organisasi pegiat alam dan sosial dari Blitar, Jawa Timur.

Pelatihan digelar di Lungar, salah satu kampung adat Poco Leok, wilayah perbukitan yang dipersiapkan pemerintah sebagai lokasi proyek geotermal perluasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi [PLTP] Ulumbu Unit 5 dan 6. 

“Pelatihan berangkat dari temuan popok dan pembalut sekali pakai yang mencemari sungai,” kata Didin Andriyani, pendiri Rumah Makan Gratis di Blitar.

Menjadi salah satu fasilitator kegiatan itu, perempuan 45 tahun itu mengatakan pelatihan diharapkan dapat memperkuat kepedulian warga guna mengurangi dampak limbah pembalut terhadap lingkungan sekitar.

Pelatihan dimulai dengan pengenalan jenis-jenis kain yang mudah didapat dan aman bagi kulit.

Kain itu lalu disusun menjadi beberapa lapis, sebelum dijahit manual sehingga berbentuk pembalut.

Soal bahan dan proses sederhana dalam pelatihan, Didin berharap cara itu “dapat mendorong perempuan Poco Leok membuat sendiri [pembalutnya] dan menularkan ke sesama perempuan.”

Rmaja perempuan Poco Leok sedang menjahit manual pembalut ramah lingkungan dalam kegiatan pada 7 Juli 2024. (Dokumentasi Rumah Baca Aksara)

Organ Reproduksi dan Alam Sama-Sama Sehat

Menurut Didin, pembalut ramah lingkungan buatan mereka dapat bertahan hingga dua tahun–periode yang membantu perempuan Poco Leok berhemat, selain mudah dicuci kembali dan lebih sehat. 

“Bahan-bahannya bebas dari kandungan kimia sintetis yang dapat mengurangi gejala iritasi dan keputihan,” katanya.

Sementara Khomsatun, pegiat alam dan pengelola Taman Baca Ilalang di Blitar menyebut “pelatihan semacam ini baik bagi perempuan yang turut memperjuangkan lingkungan.”

Perempuan 46 tahun itu mengingatkan kesehatan reproduksi turut dipengaruhi keseimbangan lingkungan dan sebaliknya; kondisi timbal-balik yang sejalan dengan temuan sejumlah periset.

Ketika “kesehatan fisik – termasuk reproduksi – perempuan Poco Leok berada dalam kondisi baik,” kata Khomsatun, “mereka dapat lebih aktif merawat keberlangsungan ruang hidup.”

Inisiator berharap pelatihan pembuatan pembalut ramah lingkungan dapat memperkuat pemberdayaan perempuan Poco Leok di sela-sela upaya untuk merenggut ruang hidup mereka. 

Salah satu fasilitator sedang memandu perempuan Poco Leok membuat pembalut ramah lingkungan pada 7 Juli 2024. (Dokumentasi Rumah Baca Aksara)

Dengan begitu, kata Arin Dampus, pustakawan RBA yang terlibat dalam kegiatan itu, “perempuan dapat turut menyebarluaskan cara-cara merawat lingkungan hidup yang lebih riil, tanpa iming-iming dari pihak manapun.”

Wihelmina Sesam, perempuan yang tinggal di kampung adat Lungar, turut mengikuti pelatihan. 

Ia mengaku “senang karena mendapat banyak dukungan di tengah tekanan, termasuk ilmu dan pendampingan oleh mereka yang jauh-jauh datang dari Pulau Jawa.”

Tanggapan serupa disampaikan Teodora Vilianti Luhur, warga yang menyadari banyaknya akumulasi sampah dan biaya pembalut sekali pakai.

Sebagai “kebutuhan wajib setiap bulan bagi perempuan, pembalut sekali pakai turut menimbun sampah dan lama-lama merusak ruang hidup kami.”

Teodora yang berusia 20 tahun berharap sesama perempuan lain, tak hanya di Poco Leok, dapat beralih ke pembalut ramah lingkungan.

Seorang ibu Poco Leok sedang menjahit pembalut ramah lingkungan dalam pelatihan pada 7 Juli 2024. (Dokumentasi Rumah Baca Aksara)

Memanfaatkan pembalut ramah lingkungan “dapat mengurangi risiko alergi dan iritasi, sekaligus memelihara kelestarian lingkungan.”

Pelatihan itu, menurut RBA, adalah bagian dari program penguatan komunitas perempuan di Poco Leok yang sedang melawan proyek geotermal.

Proyek itu, bagian dari Proyek Strategis Nasional bidang energi di Flores, dikerjakan PT Perusahaan Listrik Negara.

Dalam sejumlah aksi penghadangan terhadap pihak pemerintah dan perusahaan, perempuan Poco Leok selalu berada di garis depan.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA