Labuan Bajo, Floresa.co – Peristiwa wisatawan meninggal di lokasi wisata yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) – Flores, NTT kembali terjadi. Setelah pada Sabtu 16 April lalu, dua wisatawan asal Malaysia dan satu pemandu lokal tenggelam di Cunca Wulang, Minggu 24 April 2016 kembali terjadi peristiwa serupa.
Seorang wisatwan asal Singapura yang melakukan diving (penyelaman) di Gili Lawa, Taman Nasional Komodo pada Minggu 24 April 2016 hilang. Pada Senin 25 April sekitar pukul 11.30 Wita, korban atas nama Neo Qiu Ping Vera (18) ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
Kepala syahbandar Labuan Bajo, Usman Husin meminta pemerintah Kabupaten Manggarai segera berbenah demi mencegah kematian wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo.
BACA JUGA:
Menurutnya, wisatawan datang ke Labuan Bajo untuk menikmati keindahan alam Manggarai Barat.
“Pemerintah dan pihak-pihak terkait segera melakukan evaluasi dengan semua unsur,demi mengindari kematian yang berulang-ulang,”ujar Husin, kepada Floresa.co,Senin (25/4) di sela-sela menjemput jasad korban tenggelam di dermaga Pelni, Labuan Bajo.
Menurut Husin, sosialisai kepada wisatawan itu penting, wilayah mana saja yang tidak boleh dilalui. Kasus meninggalnya wisatawan di Gili Lawa, menurut dia sudah sering terjadi. Bahkan tidak ada satupun korban selamat ketika mengalami musibah di lokasi wisata itu.
“Kondisi ini tidak boleh dibiarkan, sebab tidak seorangpun para wisatawan menginginkan kematian. Kehadiran wisatawan ke Labuan Bajo, jelas menguntungkan daerah ini. Karena itu, Pemda Mabar secepatnya mengambil solusi tegas serta melakukan sosialisasi,”ujarnya.
Dia juga mengkritik pernyataan pemerintah beberapa waktu lalu, yang menyebutkan kematian wisatawan di lokasi wisata adalah takdir.
BACA JUGA:
“Tidak boleh bahasa begitu, sangat disayangkan. Kematian wisatawan dianggap takdir, tidak boleh. Pemda segera berbenah agar wisatawan tetap nyaman ke depannya,”ujarnya.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Helmi mengaku pihaknya segara melakukan evaluasi terkait aktivitas diving di Gili Lawa.
“Pasti kita segara evaluasi, penyebab kematian di beberapa titik di wilayah itu ada arus yang kencang,”ujar Helmi.
Menurutnya, rambu-rambu di tempat diving sebetulnya sudah ada. Rambu-rambu tersebut guna membatasi wisatawan yang melakukan diving di wilayah yang berbahaya.”Sudah ada rambu-rambu di lokasi itu,”tandasnya.
Mengantisipasi korban lainnya, Helmi berjanji akan segera melakukan pembenahan.”Ini kita sudah mulai bergerak dan melakukan evaluasi dan sebaiknya diving jangan sampai dilakukan malam.Kita akan lakukan evaluasi demi penyempurnaan,”ujarnya.
Pantauan Floresa.co, korban asal Singapura itu, Neo Qiu Ping Vera (18) tiba di Dermaga Pelni Labuan Bajo, sekitar pukul 14.00.
Jasad korban dibawa dari lokasi penemuan di Gili Lawa oleh Tim Basarnas bersama pihak TNI dan Polri.
Selanjutnya, bersama Tim Dokter Syahbandar Labuan Bajo,korban dibawah ke Rumah sakit Siloam untuk diautopsi.
Di ruangan jenazah, korban dijaga seorang temannya laki-laki yang ikut bersama korban ketika diving. Sementara dari pemerintah Kabupaten Mabar, belum ada satupun datang ke RS Siloam.
Informasi yang diperoleh Floresa.co dari salah satu pelaku wisata di Labuan Bajo menyebutkan, sedikitnya sudah tujuh orang korban meninggal di Gili Lawa. Bahkan ada diantara korban, hingga saat ini belum ditemukan. (Ferdinand Ambo/Floresa).