Nilai Kontraktor Kerja Asal-asalan, Warga di Manggarai Bongkar Batu Konstruksi Lapen

Batu penyusun lapen itu diduga oleh warga diambil dari batu di sekitar jalan saat penggalian untuk pelebaran.

Floresa.co – Warga sebuah kampung di Kabupaten Manggarai membongkar susunan batu pendukung lapis penetrasi [lapen] pada sebuah ruas jalan karena menilai pengerjaannya oleh kontraktor asal-asalan.

Proyek lapen di Kecamatan Reok Barat itu dikerjakan oleh sebuah CV yang pemiliknya berdomisili di Kabupaten Manggarai Timur.

Dengan dana dari Pinjaman Daerah sebesar Rp1.540.000.000, pengerjaan proyek itu berjangka waktu 150 hari kalender kerja, demikian informasi pada papan proyek.

Seorang warga Dusun Ojang, Desa Lante, Kecamatan Reok Barat menyebut pembongkaran lapen oleh warga baru-baru ini lantaran “pengerjaannya yang asal-asalan turut mengganggu susunan batu sebelumnya.”

AS, inisial warga yang meminta Floresa tak menyebutkan namanya, bercerita bahwa sepuluh tahun silam warga setempat pernah bahu-membahu membuat lapisan telford di lokasi tersebut. 

“Kami menyusun batu dengan sangat rapi dan kuat,” katanya.

Batu-batu itu, kata dia, sebagiannya sudah tertutup tanah. 

Dalam pengerjaan lapen, menurut AS, semestinya tanah yang menutupi batu lama itu dibersihkan terlebih dahulu, sebelum kemudian ditambah dengan batu baru.

Untuk merekatkan batu-batu itu, tambahnya, maka harus disiram minyak prime.

Namun, kata AS, pengerjaan lapen di kampungnya tidak melalui proses-proses seperti itu.

“Batu langsung disusun saja tanpa dibersihkan tanahnya. Masyarakat sebagai pengguna jalan agak keberatan dengan pengerjaan jalan seperti itu,” katanya.

Menurut AS, langkah pekerja proyek yang tidak membersihkan tanah menyebabkan batu-batu lama tidak kelihatan ke permukaan. 

Ia juga mengatakan, warga mengonfirmasi bahwa batu yang digunakan oleh pekerja proyek itu bukan batu hitam, tapi batu putih, yang orang Manggarai bisa sebut dengan istilah “watu roga”

Batu ini semacam batu kapur yang cepat hancur jika tergilas alat berat, berbeda dengan batu hitam yang lebih padat dan tidak mudah hancur.

AS mengaku sempat dua kali mengeluhkan masalah pengerjaan lapen ini lewat sebuah sebuah grup Facebook bernama Forum Rakyat Peduli Manggarai.

Ia sebetulnya tak lagi berdomisili di Reok Barat, melainkan Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Namun, ia sering bolak balik ke kampung halamannya.

Dana proyek ini bernilai lebih dari satu miliar rupiah. (Dokumentasi warga)

Pekerjanya Sudah Pulang 

Proyek ini mulai dikerjakan pada Mei, setelah penandatanganan kontrak sebulan sebelumnya.

Kontraktor pelaksana adalah CV Kali Kassa, yang beralamat di Weri Waso, Kelurahan Mandosawu, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.

CV itu pernah menangani berbagai proyek pengerjaan jalan beberapa kampung di Kelurahan Mandosawu, seperti Weri Waso, Alang, dan Tango Lawa.

Yohanes Jelaut, direkturnya CV Kali Kassa sempat merespons keluhan warga Kampung Ojang tiga pekan lalu dan berjanji akan terjun ke lokasi proyek.

“Kalau batu yang disusun itu tidak bagus, kita akan membongkarnya. Begitu juga dengan batu yang digunakan, kita akan ganti dengan batu gunung yang warnanya hitam,” kata Yan seperti disitir dari Sorotntt.com.

Namun, kata AS kepada Floresa, janji itu belum digenapi, sementara para pekerja sudah pulang ke kampung masing-masing.

Yonas Nebo, sarjana Teknik Sipil lulusan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta yang berbicara kepada Floresa pada Jumat, 27 Oktober mengkritisi pengerjaan lapen itu.

Setelah melihat beberapa foto kondisi lapen itu, ia berkata, jika dilihat dari besaran anggaran, warga Kampung Ojang seharusnya berhak menikmati jalan yang lebih layak.

Yonas mengatakan seharusnya jalan itu dikerjakan dengan cara menanam batu terlebih dahulu, menyiramnya dengan pasir, lalu digilas dengan alat berat.

Setelah itu, katanya, perlu siram minyak prime untuk perekat antara batu dengan pasir, sebelum disiram kerikil hitam dan aspal, lalu digilas kembali. 

Ia juga menyarankan pentingnya membangun got di pinggir jalan.

Kalau tidak, katanya, saat musim hujan, otomatis kelikirnya diseret oleh air hujan.

Dengan model pengerjaan seperti saat ini, Yonas, jalan itu tidak akan bertahan lama dan cepat rusak.

“Kalau hanya mau dipakai dalam jangka waktu satu atau dua bulan, pas sudah dengan yang mereka kerjakan,” katanya.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA