Floresa.co – Warga sebuah desa di Kabupaten Manggarai Timur meminta perhatian pemerintah terkait kelayakan infrastruktur dasar, termasuk gedung sebuah sekolah yang rusak hingga bertahun-tahun.
Warga Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara itu memilih mengunggah foto dan video di media sosial, berharap ada kepedulian terhadap desa mereka.
Baru-baru ini, Risto Maulete, salah satu warga desa itu, membagikan sebuah video dan lima foto di Facebook, menampilkan kondisi ruangan kelas Sekolah Dasar Katolik [SDK] Lait di desanya.
Dinding ruang kelas itu tampak bolong pada sejumlah bagian, sementara para siswa bersama guru sedang beraktivitas.
“Kalau kalian [pemerintah dan DPR] merasa bahwa kalian berada di kursi-kursi emas berkat masyarakat, tolong perhatikan kenyataan ini,” tulisnya.
“Kalaupun kalian tidak bisa melihat realitas yang ada di Desa Gunung Baru, setidaknya kalian bisa mendengar suara dan laporan-laporan mengenai desa tertinggal,” tambah Risto.
Ia memohon agar pemerintah dan DPR bisa “membantu kami merenovasi ruangan kelas di SDK Lait yang sudah darurat.”
“Izinkanlah kami untuk menimba ilmu pendidikan di gedung-gedung dan ruangan-ruangan kelas yang layak untuk belajar tenang dan nyaman, tanpa harus memikirkan atap dan balok kayu peninggalan nenek moyang kami itu roboh menimpa kami,” tulisnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga [PPO] Manggarai Timur, Winsensius Tala yang berbicara kepada Floresa pada 7 Maret berkata siap membantu sekolah itu.
Namun, kata dia, saat ini “belum melakukan pengambilan data [cut off] dari Data Pokok Pendidikan [Dapodik]” yang bisa menjelaskan kondisi riilnya.
Ia memang menduga ada masalah dengan Dapodik sekolah itu, sehingga “kami bantu benahi.”
“Kami akan memanggil operator dan Kepala SDK Lait untuk bertemu saya pada 12 Maret,” katanya.
Ia mengatakan meski SDK Lait berada di bawah naungan Yayasan Persekolahan Umat Katolik [Yasukma] Manggarai Timur, “tidak masalah” kalau Dinas PPO “melakukan intervensi anggaran untuk merenovasinya.”
Terkait sarana dan prasarana, kata dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi [Kemendikbud Ristek] “tidak membedakan antara sekolah negeri dan swasta.”
“Kami tidak berkoordinasi dengan Yasukma, tapi dengan Kemendikbud. Syarat utamanya Dapodik,” katanya.
Sementara itu, Ketua Yasukma Manggarai Timur, Romo Simon Nama mengakui ada kendala finansial yang dialami lembaganya untuk memperbaiki sekolah rusak.
Ia berkata saat diangkat menjadi ketua yayasan, hanya dibekali dana Rp100 juta, yang tentu tidak cukup untuk membangun sekolah-sekolah Katolik yang rusak.
Ia mengatakan akan melakukan koordinasi eksternal dengan pemerintah sehingga bisa membantu pembangunan sekolah-sekolah Katolik.
Meski berada di bawah naungan Yasukma, kata dia, sekolah-sekolah Katolik tetap berhak mendapat bantuan dari pemerintah.
“Kita akan promosikan kepada pemerintah dan minta bantuan mereka agar tahun depan SDK Lait bisa dibantu,” katanya kepada Floresa pada 7 Maret.
Simon mengaku telah melakukan konsolidasi dengan beberapa kepala sekolah Katolik di Manggarai Timur.
Dalam konsolidasi itu, kata dia, ia meminta mereka membereskan persoalan Dapodik yang merupakan “syarat utama untuk mendapat bantuan dari pemerintah.”
“Banyak sekolah yang Dapodiknya bermasalah. Kalau tidak dibereskan, maka sekolah akan sulit mendapat bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.
Situasi gedung SDK Lait yang rusak parah juga pernah diunggah di Facebook pada 6 November 2021, oleh Erasmus, warga Dusun Lait.
Dalam tujuh foto itu, terlihat dinding gedung yang terbuat dari papan rusak dan lapuk, sementara atapnya banyak yang bolong.
Editor: Herry Kabut