PILIHAN EDITORRS Siloam dan Potret Buram Pelayanan Kesehatan di Manggarai Raya

RS Siloam dan Potret Buram Pelayanan Kesehatan di Manggarai Raya

Namun persoalannya adalah biaya. Sekitar bulan Juli pemerintah menyanggupi untuk membiayai operasi tersebut. Akan tetapi, sampai dengan Wati meninggal pada bulan Agustus, dana dari pemerintah belum juga cair.

Kisah Wati tidak sekadar sebuah peristiwa. Ia hanyalah representasi dari buruknya kualitas penyalanan kesehatan. Tak menutup kemungkinan, masih banyak Wati-Wati lain.

Jika pemerintah tak tanggap, terutama bagaimana memfasilitasi masyarakat memperoleh Badan Pelayanan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), maka kisah piluh lain siap mengantre sepanjang hari-hari ke depan.

Berpindah ke Mabar, kita menemukan kisah lebih miris. Setelah mulai dibangun sejak tahun 2007, RSUD belum juga rampung. Korupsi adalah biangnya.

Sudah tiga kali, dengan anggaran sudah lebih dari 20-milliar, pembangunan RSUD masih mandeg.

Untuk kota yang semakin mendunia karena pariwisata, ketiadaan rumah sakit tentu saja momok yang memalukan.

Apalagi jika membandingkan dengan proses pembangunan RS Siloam milik Grup Lippo, betapa pembangunan RSUD Mabar hanya menampilkan fakta-fakta memalukan.

RS Siloam hanya setahun, sementara RSUD Mabar sudah lebih dari 8 tahun, belum juga rampung.

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA